Warta

Ramadhan di Kota Suci Mekah; Jam Kerja Diubah Jadi Malam

Jum, 7 November 2003 | 13:31 WIB

Jakarta, NU Online
Ramadhan Karim. Allah Akram. Demikianlah ucapan salam menjelang dan pada awal bulan Ramadhan kepada keluarga, kerabat dan sesama kaum muslim di jazirah Arab. Salam bahagia dan sejahtera datangnya bulan suci Ramadhan dan mengharap keridhaan Allah agar Ramadhan penuh dengan rahmat dan barakah Allah SWT. Dan menjadikan segalanya baik atau lebih baik lagi. Insya Allah.

Kegiatan menjelang bulan Ramadhan di kota Mekah membuat heran bagi pendatang. Seminggu sebelum Ramadhan tiba, jalanan di Mekah ramai, bahkan banyak yang macet. Supermarket dan toko-toko dipenuhi orang. Mereka berbondong-bondong memborong berbagai kebutuhan dapur maupun rumah tangga. Area parkir mobil yang luas di supermarket seperti BIN DA WOD, Al RAYA, WATANI, atau Al NOORI padat. Troli-troli besar di supermarket selalu penuh dengan belanjaan di depan kasir. Mau bayar di kasir antre panjang. Mirip suasana menjelang lebaran di tanah air. Di Mekkah nampaknya kebanyakan setiap keluarga belanja bahan makanan untuk stok selama sebulan Ramadhan. Mungkin akan terkesan “Lho puasa kok sepertinya takut kehabisan makanan?”

<>

Ternyata, kesan itu sangat keliru. Memang, orang Mekah suka berbelanja, suka sesuatu yang baru, dalam suasana Ramadhan terlebih lagi. Meski demikian, selain ingin berganti suasana dengan membersihkan rumah, ataupun mengganti perabotan, masyarakat di Mekah mempunyai kekhusyukan tersendiri untuk beribadah di bulan suci ini.

Kalau dalam kehidupan sehari-hari, pertokoan tutup pukul 12 malam dan membuat kota ini nampak lebih ‘hidup’ di sore dan malam hari. Taman-taman di tengah kota di hari-hari biasa semarak dengan piknik para keluarga yang ingin menghirup udara bebas dengan barbeque atau kegiatan sekeluarga yang lain sampai sekitar jam 12 tengah malam, maka pada bulan suci, kehidupan di sore dan malam hari berganti dengan kegiatan berbondong-bondongnya orang menuju Masjidil Haram untuk berbuka puasa dan berjamaah tarawih dengan beratus-ratus ribu muslimin dari berbagai negara lainnya. Meraih kesempurnaan beribadah Ramadhan.

Kalau madrasah atau sekolah-sekolah jadwal masuk diundur dua atau tiga jam, maka jadwal kerja di Mekah kebanyakan berganti, khususnya bagi perkantoran swasta. Jadwal kerja berubah menjadi malam hari. Misalnya jadwal kerja keseharian pukul 08.30 s/d pukul 20.00 (waktu setempat) dengan istirahat selama 3 jam, yakni pukul 13.00-16.30. Total 8 jam kerja. Dalam bulan Ramadhan, menjadi 5 jam kerja dimulai pukul 10 malam (selesai tarawih) sampai pukul 03.00 pagi (menjelang sahur).

Keluarga yang suaminya mempunyai jam kerja seperti itu, tentunya tidak ingin mengganggu jam istirahat suami di pagi dan siang hari. Karenanya, stok bahan makanan selama bulan puasa dipersiapkan menjelang Ramadhan, ketika suami yang mengantar ke sana ke mari belum suntuk kerja malam dan dini hari. Maklumlah, di kota suci Mekah, perempuan sangat diagungkan untuk senantiasa berada di tengah-tengah keluarga dan bila keluar rumah harus didampingi suami atau muhrimnya.

Setiap Ramadhan kemampuan di dapur menjadi taruhan para ibu rumah tangga. Kelezatan makanan yang dimasak akan menjadi bagian dari kenikmatan dan kebahagiaan keluarga. Apalagi ingin mengirim hasil masakan ke kerabat, mesti dapat rekomendasi ‘lezaat’ dulu dari keluarga baru berani ngirim.

Ramadhan Karim. Allah Akram. Mudah-mudahan membawa rahmat dan barokah bagi setiap kaum muslimin.

Sumber: KR