Warta

Ribuan Orang Secara Estafet Angkat Keranda Jenazah Kiai Ilyas ke Pemakaman

Rab, 19 Desember 2007 | 04:27 WIB

Tasikmalaya, NU Online
Suasana mengharukan mengiringi kepergian sosok kiai kharismatik KH Muhammad Ilyas Ruchiyat, pemimpin Pondok pesantren Cipasung Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat. Ribuan orang pagi itu, (Rabu (19/12), secara estafet mengantarkan keranda jenazah KH Ulyas Ruhiyat ke dari masjid ke komplek pemakaman pesantren, sambil membacakan doa.

Keranda jenazah Ajengan Cipasung itu tidak mungkin bisa dijalankan karena sepanjang jalan sekitar 200 meter dari masjid tempat shalat jenazah dilangsungkan hingga komplek pemakaman pesantren penuh sesak manusia. Akhirnya keranda jenazah itu diayunkan secara perlahan oleh semua orang yang berada di jalan itu.

t;Perjalanan dari masjid ke pemakaman yang hanya berjarak 200 meter itu pun menempuh waktu hampir satu jam. Semua orang yang hadir ingin ikut serta mengangkat atau menyentuh keranda jenazah sebagai bentuk penghormatan. Proses pemakaman itu berlangsung hingga pukul 09.30 WIB.

Kata sambutan penghormatan mewakili PBNU disampaikan oleh Rais Syuriah PBNU KH Hafidz Utsman. "Kami berharap warga Nahdliyyin bisa melanjutkan perjuangan beliau," katanya sembari bercerita seputar perjalanannya bersama Kiai Ilyas menjadi pengurus NU dari Jawa Barat hingga ke PBNU.

Dari pihak keluarga diwakili oleh KH Ubaidillah Muchtar, adik kandung Al-marhum, meminta doa restu kepada para jamaah yang mengantar kepergian Kiai Ilyas. Keluarga meminta semua kekhilafan sang kiai dimaafkan, kalaupun ada, baik disengaja atau tidak.

Bupati Tasikmalaya, Tatang Farhanul Hakim yang juga alumni Pondok Pesantren Cipasung juga menyampaikan kata sambutan.

Acara tahlilan dan doa bersama selama tujuh hari akan dikonsentrasikan di komplek pondok pesantren. KH Dudung Abdul Halim, adik kandung Kiai Ilyas, didaulat oleh keluarga untuk menggantikan kepemimpinan Pondok Pesantren Cipasung.

Usai pemakaman, para tamu terus berdatangan. Namun mereka tidak bisa berlama-lama di rumah duka karena harus bergantian dengan tamu lain yang ingin bertakziyah.

Kiai Ilyas Ruhiyat menjabat Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) selama dua periode (1992-1999), memimpin organisasi kaum santri itu bersama KH Abdurrahman Wahid.

Pada acara halal bihalal awal Syawal 1428 H di Jakarta kemarin yang dihadiri oleh hampir semua pengurus dan mantan pengurus PBNU, termasuk KH Sahal Mahfudh, KH Abdurrahman Wahid, dan KH Hasyim Muzadi, Kiai Ilyas sudah meminta izin tidak dapat hadir karena menjalani perawatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. (iip/nam)