Warta

Ribuan Pelayat Iringi Pemakaman KH Muhaiminan Gunardo

NU Online  ·  Rabu, 3 Oktober 2007 | 12:23 WIB

Temanggung, NU Online
Ribuan pelayat iringi pemakaman KH Muhaiminan Gunardo yang meninggal Selasa (2/10) petang sekitar pukul 17.30 WIB di rumahnya kompleks Pondok Pesantren Kiai Parak, Desa Kauman, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung dimakamkan Rabu sekitar pukul 10.00 WIB di makam keluarga Kiai Parak, Parakan, Temanggung, Jawa Tengah.

Sebelum meninggal, almarhum sempat dirawat di RS Kariadi Semarang karena menderita penyakit lever. Ia sudah beberapa lama menderita sakit, di antaranya sesak nafas sehingga banyak mengurangi kegiatan di luar pondok. Ia juga sudah beberapa kali berobat di RS Kariadi Semarang dan menjalani terapi pengobatan alternatif di beberapa tempat di Salatiga.

<>

Sejumlah tokoh dan ulama NU hadir dalam pemakaman tersebut, antara lain KH Abdurrahman Chudlori serta beberapa kiai sepuh NU seperti KH Abdul Hamid Baedhowi dari Lasem, Rembang, KH Chasbullah Badawi dari Cilacap, KH Ahmad Warsun Munawwir dan KH Zainal Abidin Munawwir dari Ponpes Al Munawwir Krapyak Yogyakarta.

Selain itu juga hadir Gubernur Jawa Tengah Ali Mufiz, Bupati Temanggung M. Irfan, Ketua DPP PKB Abdul Kadir Karding, dan Kapolres Temanggung AKBP Opik Taufik Nugraha.

KH Muhaiminan yang sering disapa mbah Hinan meninggal pada usia 74 tahun dengan meninggalkan seorang istri Hj Jayidah Muhaiminan, empat orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan yakni, Suad Jauharoh, Kautsar, KH Chaedar, Hanif (almarhum), Nauval dan Bah

Semasa hidupnya dia dikenal sebagai ahli agama di bidang ilmu hikmah. Sementara kalangan mengenalnya sebagai kiai yang memiliki ilmu kekebalan untuk pertahanan diri.

Di lingkungan NU, almarhum menjabat sebagai Ketua Pengurus Pusat Jam’iyyah Tariqah al Muqtabaroh An-Nahdliyyah dan sebagai pimpinan Tariqah Syadzaliyah.

Salah seorang putranya Chaedar menuturkan, almarhum tidak banyak meninggalkan pesan. Dia hanya meminta para santri dan keluarga agar saling menghormati dan menjauhkan dari hal-hal kekerasan bila tidak terpaksa serta tak lupa mematuhi orang alim

"Tak ada pewaris Nabi ngajak barang olo (kekerasan) itu. Murid mau pintar ya harus ndherek (ikut) guru. Mau memahami agama ya harus ndherek kiai. Orang sakit kalau ingin sembuh ya harus menuruti perintah dokter," kata Chaedar menirukan ucapan ayahnya.

Kawan dekat almarhum, KH Abdurrahman Chudlori dari Ponpes Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang, menyatakan kesedihan mendalam dengan meninggalnya KH Muhaiminan Gunardo.

"Almarhum adalah orang yang halus dan berilmu tinggi, namun juga orang yang teguh pendirian. Orang yang istiqomah dalam semua bersikap dan menjadi rujukan para kiai untuk bertanya," kenang Mbah Dur panggilan akrabnya. (ant/dtc)