Warta

Rusia-Cina Satu Kata Tolak Sanksi Baru terhadap Iran

NU Online  ·  Sabtu, 27 Oktober 2007 | 07:46 WIB

Lisabon, NU Online
Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) George W Bush kembali menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran terkait program nuklirnya., Kamis (25/10) lalu. Namun, dua negara besar yang disebut-sebut seteru AS itu, Rusia dan Cina, seakan satu kata menolak sanksi terbaru atau ancaman militer oleh AS terhadap Iran.

Penolakan Rusia disampaikan Presiden Vladimir Putin, pada Kamis, seperti dilaporkan kantor berita Rusia, Itar Tass. Putin saat itu berada di Lisabon, Portugal, untuk melakukan pertemuan dengan para pejabat tinggi <>Uni Eropa pada Jumat.

Sementara itu, Cina, Jumat, mengindikasikan mereka menentang sanksi terbaru AS terhadap Iran, dengan mengingatkan bahwa hal itu adalah langkah terburu-buru yang akan "mempersulit" masalah nuklir dengan Teheran.

"Cina, selama ini, menentang penerapan sanksi yang terlalu terburu-buru dalam hubungan internasional," kata Jurubicara Kementerian Luar Negeri, Liu Jianchao, dalam pernyataan pendek yang dipublikasikan di situs web kementerian tersebut (www.fmprc.gov.cn).

Putin, tanpa menyebut secara langsung langkah-langkah mutakhir di Washington, mengatakan, pihaknya telah meningkatkan masalah penyebaran nuklir saat ia melakukan pertemuan dengan para pejabat Iran ketika ia berkunjung ke Teheran pekan silam.

"Mengapa kita harus memperburuk situasi kini, atau menyeretnya ke jalan buntu, atau ancaman dengan sanksi dan aksi militer?" ujarnya mempertanyakan.

Putin mengharapkan solusi diplomatik, dan menegaskan bahwa solusi perlucutan seperti aktivitas nuklir Korea Utara "sangat mustahil" sebelum pemecahan masalahnya. "Saya kira hal itu bukanlah tindakan yang bermanfaat seperti seorang gila yang lari berlenggak-lenggok ke sana kemari dengan sebuah pisau cukur," ujar Putin mengandaikan.

Pernyataan Putin itu disampaikan setelah para pejabat AS pada Kamis mengumandangkan sanksi unilateral baru terhadap Iran, dengan sasaran unit-unit elit militer dan bank-bank, yang dituduh mendukung terorisme dan dugaan program senjata nuklir.

Washington menjatuhkan sanksi tersebut terhadap lebih dari 200 perusahaan milik Iran, bank-bank dan individu Iran serta kementerian pertahanannya. (sm/rif)