Warta

Safari Politik Taufiq Kiemas Hanya "Totokromo"

NU Online  ·  Ahad, 16 November 2003 | 18:09 WIB

Jakarta, NU.Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) cuek saja menyikapi safari politik suami Presiden Megawati, Taufik Kiemas, ke berbagai pesantren di Jawa Timur. Pasalnya, PBNU yakin kunjungan tersebut tidak berdampak politik apa pun bagi warga NU dan konstituen PKB.

Sekretaris Jenderal PBNU, Muhyidin Arubusman, kepada NU.Online di Jakarta, Ahad (16/11) kemarin, mengatakan, para kiai menerima kehadiran Taufik Kiemas di pesantrennya hanya merupakan “totokromo” kiai sebagai orang timur. Sebagai pemimpin agama, tidak mungkin kiai menolak kunjungan setiap tamu yang datang, termasuk Taufik Kiemas.

<>

“Tidak hanya Taufik Kiemas, kalau perlu semua calon presiden, seperti Amien Rais, Akbar Tandjung, dan sebagainya, kalau berkunjung para kiai dengan senang hati akan menerimanya,” kata mantan ketua umum PB PMII ini.

Lebih lanjut Muhyidin mengatakan, tidak mungkin hanya dengan safari politik seluruh persolan politik PDIP dengan PKB selesai. Elite PDIP hanya ingin membuat kesan bahwa PDIP sudah akrab dengan para kiai, sehingga elite PDIP berharap masalah di tingkat akar rumput bisa cair sehingga mereka kembali mau memilih PDIP. “Saya kira warga NU, kostituen PKB dan para kiai, adalah orang-orang yang cerdas dan tidak mungkin berubah pikiran dan pilihan, hanya karena kunjungan-kunjungan seperti itu,” tandas Muhyidin.

Ditanya apakan dalam kunjungan tersebut Taufik Kiemas punya target khusus, seperti “deal” menjadikan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi mendampingi Megawati jadi wakil presiden pada Pemilu 2004? Untuk itu Muhyidin menegaskan, dirinya tidak yakin Cak Hasyim (panggilan KH Hasyim Muzadi) begitu mudah dirayu hanya dengan kunjungan.

“Lamaran terhadap Cak Hasyim untuk menjadi Wapres tidak hanya datang dari PDIP melainkan dari banyak parpol, seperti Golkar dan PKB sendiri. Namun keputusannya akan disampaikan melalui forum resmi NU seperti Konferensi Besar dan Munas Alim Ulama,” imbuhnya mengakhiri pembicaraan. (ful/cih)**