Warta KUNJUNGAN PBNU KE LIBYA

Said Aqil: Tasawuf Solusi di Era Globalisasi

Ahad, 13 Februari 2011 | 10:38 WIB

Tripoli, NU Online
Ketua Umum PBNU yang juga Wakil Sekjen World Tasawuf Office (WTO) untuk Zona Asia, KH Said Aqil Siradj, mempresentasikan makalahnya pada Jum'at sore kemarin (11/1) di hadapan para pesreta Muktamar Tasawuf Internasional ke-2 yang berlangsung di komplek kampus Kuliyah Dakwah Islamiyah Tripoli Libya.

Pada Muktamar yang digagas oleh World Islamic People Leadership (WIPL) ini dan juga diliput oleh 50 media masa dari Afrika, Asia, Eropa dan Amerika, Kang Said -begitu sapaan akrab beliau- mengangkat tema Tasawuf dan Tantangan Globalisasi (At-tasawuf wa Tahaddiyat Al-Aulamah).<>

"Tasawuf merupakan solusi dari krisis multidimensi yang sedang melanda umat Islam saat ini, baik agama, ekonomi, maupun politik," jelas Kang Said di hadapan para tokoh tarekat dari 76 negara yang hadir.

"Saat Islam hanya diartikan dengan Syari'at saja atau Aqidah saja, ia akan menjadi seram, yang ada hanya hitam putih, neraka surga saja, sehingga dapat menimbulkan kekerasan. Begitu pula ekonomi, kapitalis tidak memberikan ruang semestinya bagi rakyat proletar karena lahan-lahan perekonomian dikuasai feodal. Di samping itu pula, politik telah tercoreng ulah politikus busuk  yang haus dunia dan mengesampingkan kepentingan rakyat," tegasnya.

 
Kang Said melanjutkan, tasawuf dengan arti sikap moral yang luhur akan mampu menjadi obat atas krisis multidimensi ini. Dengan tasawuf risalah Islam rahmatan lil 'alamin akan dirasakan banyak kalangan, tidak hanya umat Islam, disamping juga dapat mencetak manusia yang soleh individu dan sosial. Ekonomi dan Politik yang timpang akan selaras dan berpihak kepada rakyat kecil sehingga dapat memberikan rasa adil dan sejahtera terhadapa bangsa dan negara.

Di akhir presentasi, ia mencontohkan aplikasi nilai-nilai tasawuf yang dipraktekan oleh masyarakat Madinah di jaman Nabi Muhammad SAW yang selalu menjunjung tinggi aspek moral atau akhlak dalam sendi-sendi kehidupan, baik pribadi maupun sosial, sehingga mampu menjadi bangsa yang berperadaban. (Sofwan Yamout)