Serbia Sebarkan Kebencian Terhadap Muslim Bosnia
NU Online · Kamis, 22 Desember 2011 | 10:27 WIB
Sarajevo, NU Online
Pemimpin spiritual Bosnia Reiss Ul-ulema, Mustafa Ceric, mengkritik komentar Presiden Republik Srpska, bagian dari Federasi Bosnia-Herzegovina, Milorad Dodik, yang dianggap menyebarkan kebencian terhadap Muslim dan nilai-nilai Islam. "Ia seorang anti toleransi dan pro Belgrade (Serbia)," kata Ceric, seperti dikutip adnkronos.com, Kamis (22/12).
Dalam komentarnya, Dodik mengatakan Bosnia adalah raksasa yang cepat atau lambat akan mengalami keruntuhan. Sebab, Bosnia lebih berpihak kepada mayoritas Muslim dengan mengesampingkan etnis minoritas Serbia. Ia juga mengatakan Pemerintah Federal perlu menutup saluran televisi.<>
Ceric menilai pernyataan Dodik berpotensi melahirkan perang saudara baru seperti yang terjadi pada perang Bosnia 1992-1995. Dalam perang itu, Serbia melakukan pembantaian terhadap jutaan Muslim Bosnia.Â
Untuk itu Ceric mengharapkan dukungan negara-negara Islam guna menjaga stabilitas Bosnia dari tekanan psikologis yang dilakukan Serbia. "Negara-negara Islam memiliki kewajiban untuk melindungi nilai-nilai Islam di Bosnia dari penghinaan," kata dia.
Tak hanya Ceric, Organisasi Wartawan Internasional di Wina, Austria, menilai komentar Dodik mengkhawatirkan. Pendapat serupa juga diutarakan Organisasi Media Eropa Tenggara (SEEMO) yang mengatakan pernyataan Dodik merupakan serangan langsung terhadap kebebasan media.
Runtuhnya komunisme di Eropa timur memberi pengaruh positif bagi perkembangan Islam di wilayah tersebut. Dinamika Islam di Bosnia menjadi salah satu buktinya. Begitu komunisme runtuh, wajah Islam di Bosnia menjadi terlihat lebih dominan. Diperkirakan populasi Muslim Bosnia mencapai 40 persen dari 3,8 juta penduduk.
 Tak hanya itu, perang yang menghancur-leburkan Bosnia dan merenggut banyak nyawa umat Islam menjadi pemicu besar bagi bangkitnya kembali Islam di wilayah tersebut. Kisah pilu perang saudara berkepanjangan telah berlalu. Bosnia tengah menatap masa depan. Perbedaan yang dahulu mengoyak-ngoyak bangsa kini dipelihara dan dipupuk.Â
Â
Redaktur : Syaifullah Amin
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua