Ziarahi Makam para Tokoh Islam
NU Online · Kamis, 6 Agustus 2009 | 01:49 WIB
Kesempatan ke Lebanon tak disia-siakan oleh Ketua LDNU KH Nuril Huda untuk mengunjungi makam para tokoh yang berjasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi umat Islam. Di antara makam yang dikunjungi adalah makam Imam al-Auzai dan Syeikh Abdullah al-Harari.
Sebagaimana tradisi Ahlusunnah wal Jamaah, di makam tersebut, dipanjatkan doa dan tahlil bagi ulama tersebut karena telah mendedikasikan dirinya untuk kejayaan Islam.<>
Imam Al-Auzai atau lengkapnya al-Auza’i Abu ‘Amr ‘Abd Rahman ibn ‘Amr ibn Muhammad. Lahir di Distrik Hamadan, Damaskus Syiria pada tahun 88 H. dan wafat pada 157 H. di Beirut Libanon. Al-Auza'i merupakan pendiri Mazhab al-Auzai, salah satu mazhab yang saat ini sudah hampir kehilangan pengaruh. Beberapa ajarannya yang masih dijalankan adalah sholat Nisfu Sya’ban.
Al-Auza'i adalah seorang Tabi’it Tabi’in, menerima hadits dari golongan Tabi’in yaitu ‘Atha’ bin Abi Rabah, Qatadah, Nafi’, az Zuhry, Yahya bin Abi Katsir dan yang laiinya. Penduduk Syam dan Maghribi (Syiria dan Maroko) bermadzhabkan kepada al-Auza'i sebelum bermadzhab kepada Imam Malik.
Para ulama sepakat bahwa al-Auza’i seorang yang tinggi ilmunya dalam bidang hadits dan fiqh. Abdurahman ibn Mahdy berkata,” tidak ada seorang alim tentang sunnah di Syam melainkan al-Auza’i”. Sedangkan Huqqal berkata,” al-Auza’i telah menjawab 1000 masalah dan para ulama mengakui ketinggian ilmunya”.
Sementara itu, Abdullah al-Harari (1920- 2 September 2008) merupakan ahli fikih yang hidup dan mengajar di Beirut, Lebanon, Ia lahir di Harar, Ethiopia dan mendirikan the Ahbash or Habashi movement, also known as the Association of Islamic Charitable Projects (AICP)
Dia sudah hafal Qur’an pada umur 7 tahun. Ia juga menghafal enam kitab hadist al-Bukhari, Muslim, At-Turmidzi, Abu Dawud, Ibn Majah, An-Nasa'I dan hadist lain beserta sanadnya. Ia sudah diizinkan untuk memberi fatwa terkait dengan hadist saat umurnya kurang dari 18 tahun.
Ia merupakan seorang pembelajar dan mendatangi ulama yang dianggap mumpuni, meskipun harus mengalami rintangan yang berat. Tradisi seperti ini sudah dilakukan oleh para ulama salaf pada 300 tahun pertama Hijriyah.
Intelegensi dan kemampuan memorinya yang luar biasa membuatnya mampu mendalami fikih Syafii, Maliki, Hanafi dan Hambali sehingga ia menjadi pusat kunjungan dari Habashah and as-Somalia. Ia menjadi Mufti di Somalia.
Dalam pengembaraannya ke Makkah, ia bertemu dengan para qari’ dan belajar kiraatus sab’ath yang memungkinkan ia mempelajari 14 cara membaca Qur’an yang berbeda.
Selama di Lebanon, Nuril Huda mengadakan 11 kali pertemuan, diantaranya dengan Rektor Global University Beirut Dr Adnan, para ulama aswaja, pejabat KBRI dan masyarakat Indonesia di Lebanon serta para mahasiswa NU yang belajar di sana.
Kunjungan singkat yang hanya berlangsung tiga hari ini dimanfaatkan dengan maksimal dan ditindaklanjuti dengan kerjasama pengembangan dakwah Islam ahlusunnah wal jamaah, baik di Indonesia maupun di Lebanon. (mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua