Daerah

Baronx, Komunitas 'Preman' Gemar Mengaji

Selasa, 15 Juli 2014 | 02:01 WIB

Temanggung, NU Online
Preman selalu diidentikkan dengan orang-orang nakal yang suka mengganggu ketertiban umum dan bertindak semaunya sendiri. Tetapi preman di Temanggung ternyata juga memiliki hobi mengaji meskipun usia mereka sudah terbilang tua.
 <>
Belasan pemuda tampak terburu-buru memasuki sebuah rumah di lingkungan Kayogan, Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Temanggung. Dari perawakan mereka, cukup menakutkan sekilas dipandang. Diantara mereka ada yang tinggi besar dengan rambut yang gondrong terurai bebas, sebagian lainnya lengannya dipenuhi tatto. Ada juga pemuda yang di bagian daun telinganya terpasang anting besar.

Rupanya para pemuda tersebut tengah terburu-buru untuk berkumpul dengan geng mereka, geng Baronx. Geng Baronx ini berisikan para pemuda dengan tampilan yang sangar, namun berhati lembut. Tindakan terburu-buru mereka dipicu karena ustadz yang akan mengajar mereka membaca Al Qur'an sudah datang dan bersiap mengajar. "Mau ngaji dulu," kata Dwi Aryadi, 30, salah seorang diantara mereka.

Di ruang studio musik yang cukup luas, mereka berjajar melingkar, sebagian lain duduk di tepian dengan sandaran tembok sembari menunggu giliran mereka mengaji satu per satu. Ya, mereka adalah geng berisi para pemuda-pemuda yang sempat mencicipi dunia jalanan namun kembali pada reiligiusitas mereka. "Saya menyesal tidak bisa baca Qur'an. Bagi saya ini belum terlambat, makannya saya mengaji sekarang," lanjut pria yang kerap disapa Adi Spikey ini.

Pada dasarnya, mereka bukanlah preman seperti yang digambarkan orang pada umumnya, orang yang menjadi sampah masyarakat dengan tindakan-tindakan yang merugikan orang lain.

Mereka hanya pemuda-pemuda yang gemar mengikuti tren, nongkrong dan aktivitas lainnya yang tidak pernah bersinggungan dengan kejahatan sosial. "Dulu saya sering mabuk-mabukan, tapi sekarang sudah tidak lagi setelah mengaji," aku pria berambut gaya musisi punk ini.

Senada dengan Adi, Nugroho Amiel juga demikian, jejaka yang belum memiliki pekerjaan tetap ini awalnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk sekedar berhura-hura dan mencari kesenangan sendiri. Kehidupannya tertaa setelah mendapatkan pencerahan melalui pengajian yang diikuti. "Awalnya sih cuma ikut-ikutan saja, saya anggap sepele saja. Pertimbangannya cuma karena nggak enak sama temen-temen, lama-lama saya ketagihan dan saya hampir tidak pernah bolos," katanya.

Kendati sebagian besar dari mereka telah berkepala tiga, namun, mereka masih mengeja satu persatu huruf saat belajar membaca. Tidak malu-malu mereka mengakui kekuarangan dalam hal agama. Bagi mereka, semangat untuk bisa membaca Al Qur'an lebih utama ketimbang mengedepankan rasa malu. "Buat apa malu, saya malah bangga belajar ngaji di usia yang sudah segini," terangnya.

Diantara barisan itu, Eed Baronx juga menjadi salah satu peserta pengajian. Nama Eed Baronx sejak tahun 1990an diidentikan di Kabupaten Temanggung sebagai salah satu musisi beraliran rock. Tercatat, pria gempal dengan rambut panjang ini menjadi vokalis Java Rock yang melantunkan lagu dalam Bahasa Jawa, namun beraliran rock. "Meskipun terlambat mengaji, tetapi saya tidak masalah. Beruntung Tuhan masih mengingatkan saya sekarang, banyak teman-teman yang tidak diingatkan untuk bertaubat," paparnya.

Untuk mengaji itu, mereka mendatangkan ustadz yang memiliki cara mengaji khusus yang dapat diikuti dengan mudah oleh orang dewasa. Sang ustadz dengan sabar dan telaten juga meladeni para pemuda ini meskipun sering banyak huruf-huruf arab yang terlupakan. "Maklum saja, kan sudah tua jadi banyak yang sekarang ingat, besok lupa, tetapi tidak masalah yang penting saya mau berusaha," papar pria 45 tahun ini.

Untuk memberikan insentif pada ustadz yang mengajar, mereka iuran setiap pertemuan dengan jumlah yang tidak ditentukan. Uang hasil iuran tersebut seluruhnya digunakan untuk mengganti tenaga mengajar ustadz yang didatangkan dari kecamatan lain. "Sekarang, kita juga giliran membawa makanan untuk buka puasa, jadi seperti pengajian bapak-bapak itu," lanjutnya.

Kedepan, mereka sangat berharap mampu membaca Al Qur'an dengan fasih. Mereka berharap, dalam mendidik anak nantinya dilakukan sendiri sehingga lebih bisa memahami. "Pinginnya nanti anak-anak saya, saya yang ngajari ngaji," tandasnya. (Abaz Zahrotien/Abdullah Alawi)


Terkait