Daerah

Berkat Al-Qur'an Kiai Syahid Cicalengka dan Kiai Syifa Buntet Jadi Dekat

Kamis, 7 Juni 2018 | 15:30 WIB

Berkat Al-Qur'an Kiai Syahid Cicalengka dan Kiai Syifa Buntet Jadi Dekat

Ilustrasi

KH Abdullah Syifa Akyas Buntet Pesantren, Cirebon dan KH Q Ahmad Syahid Cicalengka, Bandung memiliki kedekatan yang cukup erat. Kedekatan keduanya bermula dari Al-Qur'an.

Mulanya, KH Akyas Abdul Jamil, ayah Kiai Syifa, menegur Kiai Syahid usai ia tampil mengaji. Karena mendapat perhatian, pengasuh Pondok Pesantren Al-Qur'an Al-Falah itu merasa sangat berterima kasih kepada keluarga Kiai Akyas sehingga hubungan keduanya semakin erat.

Hal ini ditambah ketika putra Kiai Syifa, KH Muhadditsir Rifa'i mengaji pada Kiai Syahid pada usianya yang menginjak kelas 5 SD. Bahkan, Kang Hadis, sapaan akrab KH Muhadditsir Rifa'i, merasa begitu diistimewakan saat mondoknya.

"Saya itu seperti sekamar dengan beliau. Hanya dibatasi hordeng," cerita Kang Hadis, Kamis (7/6).

Tiap malam pukul tiga pagi, ia telah dibangunkan untuk shalat tahajud. Pukul setengah empat, ia diminta lari-lari ke bukit. Setelah pulangnya, Kang Hadis telah disediakan susu hangat dengan potongan daging.

"Begitu itu setiap hari," kenang kandidat doktor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) itu.

Jika para santri anak-anak mengaji kepada seniornya, tidak berlaku dengan Kang Hadis. Ia langsung dihadapi oleh Kiai Syahid.

Pada peringatan malam Nuzulul Qur'an di Pondok Al-Inayah Buntet Pesantren, Kang Hadis mengundang dua putra gurunya, yakni KH Cecep Abdullah Syahid dan KH Rif'at Aby Syahid. Kiai Cecep menyebut kedekatan orang tuanya dengan Kiai Syifa itu betul karena Al-Qur'an.

"Keterikatan Kiai Syifa dan Kiai Syahid sejak tahun '85 sampai sekarang karena Al-Qur'an," ujarnya pada Sabtu (2/6) dini hari.

Undangannya itu sebagai bagian dari ikhtiar meneruskan hubungan antara kedua orang tuanya. "Pondok Pesantren Al-Qur'an Al-Falah di samping saya juga alumni, kita juga meneruskan tradisi hubungan orang tua," kata Kang Hadis, sapaan akrabnya, saat ditanya perihal undangan tetap haflah yang telah digelar untuk keempat kalinya itu.

Kiai Syahid merupakan juara nasional Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) pertama yang saat itu masih dilaksanakan oleh Jam'iyyatul Qurra wal Huffazh (JQH). Salah satu jurinya, saat itu, adalah KH Jawahir Dahlan, qari Buntet Pesantren. Kiai Jawahir, kata Kang Hadis, memberi saran kepada Kiai Syahid saat itu untuk berkunjung ke Buntet Pesantren sehingga membuat kekaribannya berlangsung hingga sekarang. (Syakir NF/Kendi Setiawan)


Terkait