Daerah

Besok, IPNU Kota Tasik Latih 60 Kader Penggerak

Jumat, 4 Oktober 2013 | 14:00 WIB

Bandung, NU Online 
Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kota Tasikmalaya akan menggelar pelatihan kader penggerak. Kegiatan yang diikuti sekitar 60 orang pelajar NU tersebut akan digelar di Curug Kawalu, selama dua hari, Sabtu Ahad (5-6/10). 
<>
Menurut Ketua Pimpinan Cabang Dede Haris Asy’ari pelatihan kader penggerak adalah salah satu kegiatan kaderisasi non-formal. Kegiatan ini, kata Dede, merupakan sebuah ikhtiar dalam membentuk militansi dan loyalistas pengurus cabang dan pengurus anak cabang se-kota Tasikmalaya dalam berorganisas. 

“IPNU sebagai tonggak penerus estafet perjuangan NU yang seharusnya, bahkan wajib memiliki dua aspek yang sangat penting. Pertama aspek pengetahuan umum dan kedua aspek pengetahuan agama,” kata Dede melalui pers rilis yang dikirim ke NU Online Jumat.

Dua aspek tersebut, kata Dede, telah menjadi santapan sehari-hari bagi IPNU di lingkungan sekolah maupun pesantren. Namun yang perlu digenjot adalah dalam persoalan seberapa besarkah nilai-nilai pengetahuan yang telah didapat oleh pelajar dan santri dalam cara mengaktualisasikannya dalam berorganisasi, khususnya IPNU.

“Perlu ada sebuah terobosan dalam persoalan pengawalan kader sehingga tidak hanya menjadi keder, tapi juga menggiring mereka kepada hal-hal yang sangat mereka jadikan hoby. Sebagai contoh, pelatihan kader penggerak ini diadakan di sebuah race area yang dipenuhi pepohonan yang rindang dan pemandangan yang indah serta alam yang sejuk yang berada di kota Tasikmalaya,” jelasnya.

Menurut Dede pelatihan “ Membentuk Militansi Kader Dalam Bingkai Manhazul Fikr Dan Mahazul Harokah” menginginkan dua hal. Pertama :pasca pelatihan tersebut peserta harus mampu menjawab persoalan yang dihadapi generasi muda yang berada di kota Tasikmalaya. 

“Sebagai contoh, bagaimana pola pendekatan terhadap anak jalanan dan cara mengadvokasinya. Dan hal-hal yang demikian telah terlupakan karena terlalu asik dalam bermain organisasi yang cenderung ke arah fragmatis,” katanya. 

Contoh kedua adalah, lanjut Dede, bagaimana menganalisa permasalahan lapangan hari ini yang mendominasi degradasi moral adalah kaum pelajar. Karenanya, salah satu materi lapangan tersebut adalah “Manajemen Pengorganisasian Pelajar dan Advokasi Pelajar”. 

Keinginana kedua: mewujudkan kader yang loyal dan total terhadap organisasi. Sehingga setelah pelatihan tersebut mempu mengembangkan bahkan memajukan roda organisasi secara kolektif tanpa tendensi apapun selain memajukan nama besar IPNU.  

IPNU ingin membentuk jiwa pemimpin dalam organisasi dan minimalnya dalam diri sendiri untuk sebuah penyadaran akan tanggung jawabnya kepada organisasi. Pemimpin membentuk peristiwa, tetapi tidak kurang pula benarnya bahwa peristiwa membentuk pemimpin. “Mempersiapkan para pemimpin bukanlah hanya tanggung jawab pemerintah, namun masyarakat dalam hal ini organisasipun menjadi tonggak utama dalam mencetak pemimpin yang berintegritas.” (Abdullah Alawi)


Terkait