Yogyakarta, NU Online
Pengurus Pusat Keluarga Mathali’ul Falah (KMF) Kajen bersama KMF Yogyakarta dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyelenggarakan diskusi dan bedah buku "Belajar dari Kiai Sahal", Senin, (19/5), di gedung Convention Hall UIN Sunan Kalijaga.
<>
Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut santri KH MA Sahal Mahfudh (Kiai Sahal), Ulil Abshar Abdalla; Waryono Abdul Ghafur, dan Moch Nur Ichwan. Putra Kiai Sahal, Abdul Ghaffar Rozin, didaulat sebagai pembicara kunci dalam bedah buku yang diikuti sekitar 350 peserta itu.
Ketua PPKMF M. Imam Aziz dalam sambutannya mengatakan acara seperti ini sangat penting untuk mengenalkan gagasan besar Kiai Sahal. Menurutnya, Kiai Sahal merupakan sosok kiai yang keilmuannya sangat luas. Hal senada diungkapkan Ulil.
“Kiai Sahal tidak hanya membaca kitab-kitab fiqih klasik seperti taqrib atau tahrir, tapi lebih dari itu,” ungkapnya.
Ia menjelaskan bagaimana Kiai Sahal mampu membawa fiqih menjadi speak to the world. “Di tangannya fiqih tidak lagi pasif, tapi menjadi hidup dan berperan di tengah-tengah masyarakat.”
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Waryono mengatakan Kiai Sahal merupakan kiai yang bisa momong. Oleh karenanya, Kiai Sahal bisa diterima di dua organisasi besar NU dan MUI. Padahal, kedua organisasi tersebut memiliki visi yang berbeda. “Beliau merupakan kiai yang bisa menerima aspirasi dari siapa saja,” jelasnya.
Waryono menambahi, kiai seperti Kiai Sahal sangat jarang ditemui di Indonesia. Tradisi menulis baik dalam bahasa Arab atau Indonesia tidak banyak dilakukan oleh kiai-kiai salaf lainnya. “Karena itu, menjadi tugas kita bersama sebagai generasi muda untuk meneruskan apa yang beliau perjuangkan dan cita-citakan,” pungkasnya.
Selain di Yogyakarta, bedah buku akan diselenggarakan di beberapa kota seperti Jakarta, Malang, Semarang dan beberapa negara seperti Sudan dan Mesir. Sebelumnya, buku ini diluncurkan di kampus STAIMAFA Pati, Sabtu 3/5). (Sarjoko/Mahbib)