Daerah

Dosen Ini Ceritakan Kan’an dan Perilaku Anak Zaman Now

Kamis, 15 Maret 2018 | 12:00 WIB

Surabaya, NU Online
Nama Kan'an tidaklah asing, apalagi bagi kalangan yang gemar menikmati dan membaca cerita para nabi. Ia adalah salah seorang putra Nabi Nuh ibnu Lamik dari ibu Wali'ah. Nuh juga memiliki anak lainnya dari istri yang bernama Amrah, yakni Sam, Ham dan Yafith. Secara khusus, cerita Kan'an diabadikan dalam al-Qur'an agar menjadi pelajaran.

“Karenanya, figur Kan'an menarik untuk didiskusikan bila dikaitkan dengan perilaku anak kekinian atau anak zaman now,” kata Wasid Mansyur, Kamis (15/3).  

Setidaknya hubungan Kan'an dengan Nabi Nuh selaku orang tua. Hubungan yang tidak sekedar biologis, tapi sekaligus batin. “Lebih tepatnya, soal kepatuhan kepada orang tua dan soal di mana manusia harus patuh,” kata dosen Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini.

Wasid kemudian memerinci bahwa pertaruhan kepatuhan bermula dari bisikan ruhiyah atau wahyu. Bahwa setelah berdakwah ratusan tahun lamanya, ternyata hanya sedikit yang bertauhid. “Nuh akhirnya diperintah membuat kapal di siang bolong dan dalam kondisi kering kerontang atau kala kemarau panjang,” jelasnya. 

Kan'an sebagai anak malah meledek perilaku ayahnya yang aneh ini. Bahkan, perilaku berlebihannya juga menjadi sebab ingkar terhadap ajaran Nuh, ayahnya sendiri. Mungkin sudah malu atau memang sebab kesombongan, hingga keimanan tidak masuk ke dalam hatinya. Bahkan, Kan’an pun harus mati ditelan banjir, dan tetap ingkar jelang ajal menjemput. 

“Itulah Kan'an yang hanya berpatokan pada fakta yang dianggapnya sebagai kegilaan,” jelas dosen STAI Al-Hamidiyah Bangkalan tersebut. Sebuah fakta kebenaran yang sulit dilihat dari fakta lain hingga menjadi sebab angkuh dan sulit menerima keberanan ajakan Nuh.

Dalam konteks kekinian juga demikian. “Anak zaman now harus membangun hubungan baik dengan orang tua. Bangun hubungan keduanya dengan kelembutan sikap dan ucapan,” pesan Wasid.

Jangan pernah menghardik atau mencibir, apalagi meremehkan apa yang dilakukan dan diucapkan orang tua. “Analisa dengan akal sehat dan semangat kelembutan pembacaan hati terdalam. Kesimpulan dapat diputuskan pada saat yang tepat dan mengutamakan sisi manfaat,” ungkapnya.

Anak muda zaman now, sekali lagi harus menjalin hubungan baik dengan orang tua, baik yang masih hidup maupun sudah meninggal. Pastinya, ketaatan harus dilihat apakah benar atau salah dalam konteks ajaran Islam. Sebab tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan. "Sekalipun salah, anak zaman now harus tetap menjalin komunikasi yang baik, tidak boleh sembarang bersikap. Bila perlu, ajak orang tua menepi untuk melahirkan kebaikan dan beriman,” pesannya.

“Kan'an adalah potret anak yang membangkang terhadap ajakan orang tua,” tandasnya. Cukup banyak contoh, siapa yang membangkang dipastikan celaka dan hidupnya susah, bahkan terlunta-lunta. 

“Ingat pesan Nabi bahwa kerelaan orang tua mengantarkan rela Allah SWT. Juga murka orang tua berpotensi membawa murka-Nya,” kata Wasid.

Di akhir paparannya, Wasid mengingatkan anak muda zaman now untuk bergerak secara menyeluruh atau berpikir holistik dalam banyak hal. Terlebih berkaitan dengan hubungan bermasyarakat, termasuk dengan orang tua dan guru. "Jangan melihat kenyataan dari satu sudut pandang, apalagi didukung pengingkaran sepihak,” ungkapnya.

“Refleksikan dengan utuh, manfaat dan mafsadatnya. Jangan atas nama emosi kebenaran, kita mengabaikan manfaat malah memilih mafsadat,” jelasnya. 

“Kan'an adalah ibrah bagi kita semua, khususnya anak muda zaman now, agar berhati-hati apapun kondisi sosial kita. Semoga hidup ini terus dibimbing agar berbakti kepada orang tua untuk menapaki jalan ridha Allah SWT,” pungkasnya. (Red: Ibnu Nawawi


Terkait