Daerah

Dua Tirai Allah Bagi Manusia

Sen, 15 Juli 2013 | 06:09 WIB

Bantul, NU Online
Ada dua macam tirai yang diberikan oleh Allah. Pertama, Allah memberikan tirai di antara orang dengan maksiat. Kedua, Allah memberikan tirai di dalam maksiatnya.
<>
Hal tersebut diungkapkan Kiai Kuswaidi Syafi’ie, Ahad (14/7) malam, saat kegiatan pengajian rutin kitab Syarhul Hikam karangan Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary berlangsung, di masjid Pesantren Maulana Rumi, Bantul, Yogyakarta.

Kemudian, sosok yang akrab disapa Cak Kus itupun menjelaskan tentang kedua tirai yang dimaksud tersebut. 

Adapun tirai pertama, diberikan oleh Allah sebagai sekat atau penghalang di antara orang dengan maksiat, sehingga orang tersebut terhalang untuk melaksanakannya.

Sedangkan tirai kedua, diberikan Allah di dalam maksiat tersebut. Artinya, orang yang telah melakukan maksiat, ditutupi maksiatnya oleh Allah, sehingga citra orang tersebut masih terlihat baik, meski sebenarnya telah melakukan maksiat. 

“Kedua macam tirai itu digandrungi oleh dua macam orang,” tambah Cak Kus.

Pertama, orang awam, lanjutnya, kebanyakan ingin ditutupi maksiatnya oleh Allah. Orang semacam ini kerap meremehkan dosa dan merasa aman. Selain itu, orang ini takut bahwa martabatnya di hadapan manusia akan jatuh. 
“Ia akan lebih risau ketika perbuatan maksiatnya diketahui oleh manusia, bukan oleh Allah. Padahal, kadang perlu orang itu tau aib kita, agar kita tidak akan mengulanginya lagi,” jelasnya malam itu.

Sedangkan kedua adalah orang khusus. Orang khusus ini tidak begitu mementingkan penilaian, pujian, maupun hinaan manusia terhadapnya. Yang ia khawatirkan hanyalah penilaian dan pandangan Allah. 

“Orang khusus ini memohon agar tak tertarik dengan maksiat-maksiat. Karena khawatir martabatnya di hadapan Allah,” tandasnya.

Ia berujar, “Seburuk-buruk orang itu masih bisa diangkat oleh Allah. Namun, jangan sampai kita menjadi seburuk-buruk orang,”.

Pria kelahiran Sumenep, Madura, ini pun menambahkan, bahwa ketentraman seseorang itu diciptakan oleh batinnya, bukan hal-hal di luarnya. “Orang yang tentram akan bahagia, dan orang yang mendapat berkah akan mudah menerima apapun,” pungkas Cak Kus di hadapan santri-santrinya.

Selain mengadakan pengajian kitab Syarhul Hikam karya Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary, Pesantren Maulana Rumi juga mengadakan pengajian tiga kitab lainnya selama Ramadhan. Pertama, kitab Burdah karya Imam Muhammad Al-Bushiri, setelah dzuhur. Kedua, kitab Fushushul Hikam karya Muhyiddin Ibn ‘Araby tiap usai Ashar, dan terkahir, Kitab Matsnawi karya Maulana Jalaluddin Rumi pada tengah malam, sekitar pukul 00.30 WIB.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Dwi Khoirotun Nisa’

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Terkait