Nasional

Tertarik dengan Islam Sejak 2019, Revaldo Putuskan Masuk Islam di Masjid An-Nahdlah PBNU

Sab, 27 April 2024 | 10:41 WIB

Tertarik dengan Islam Sejak 2019, Revaldo Putuskan Masuk Islam di Masjid An-Nahdlah PBNU

Prosesi Revaldo Attarianus Alvino (24) dituntun membacakan dua kalimat syahadat di Masjid An-Nahdlah PBNU (Foto: Malik/NU Online)

Jakarta, NU Online
Kepala Perpustakaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ahmad Syatiri menuntun seorang pria asal Tambun, Kabupaten Bekasi membaca dua kalimat syahadat di Masjid An-Nahdlah PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (24/4/2024) sore.


Pria tersebut bernama Revaldo Attarianus Alvino (24), pria yang dipanggil Aldo ini setelah masuk Islam mendapatkan tambahan nama Muhammad, sehingga menjadi Revaldo Attarianus Alvino.


Ia menceritakan bahwa dirinya sudah sejak lama ingin bersyahadat di Masjid An-Nahdlah PBNU dan sudah mengetahui informasi tentang Masjid An-Nahdlah dari Google sejak lama juga.


"Memang sudah dari lama berniat untuk bersyahadat di PBNU, sudah tahu dari lama dari Google," ujarnya.


Ia mengatakan bahwa keinginannya masuk Islam muncul sejak baru lulus sekolah pada tahun 2019, ketika ia mulai merasa penasaran dengan Islam. Awalnya, dia hanya berdiskusi ringan dengan teman-teman, namun seiring berjalannya waktu, rasa penasarannya semakin bertambah. Ia mulai belajar tentang Islam melalui teman-teman dan juga mengikuti kajian.


"Waktu itu belum siap, karena ini menyangkut agama, jadi nanti saja," imbuhnya.


Aldo mengatakan bahwa orang tuanya tahu tentang keputusannya untuk menjadi mualaf, dan mereka hanya menyampaikan pesan bahwa penting untuk tetap istiqamah setelah menjadi mualaf.


Sementara itu dalam kesempatan tersebut H Syatiri Ahmad mengatakan bahwa agama Islam adalah agama fitrah, sehingga ini merupakan sebuah kembalinya Aldo kepada fitrah.


Ia menjelaskan bahwa sebelum manusia dilahirkan ke dunia ini, masih dalam zaman azali, manusia berhadapan dengan Allah SWT.  Pada saat itu, ada pertanyaan dari Allah SWT "Apakah Aku ini Tuhan mu?", dan secara spontan kita mengucapkan, "Engkau adalah Tuhan kami".


"Ketika di zaman azali mengatakan engkaulah tuhan kami, inilah  yang dikatakan fitrahnya manusia. Sebelum jasad kita dicipta, fitrahnya manusia sudah mengenal tuhannya," ujarnya.


Dengan tegas, ia mengungkapkan bahwa siapapun manusianya yang dilahirkan, bahkan jika orang tuanya menyembah matahari atau api, saat dilahirkan dari kandungan ibunya, anak tersebut dilahirkan dalam keadaan fitrah.


Ia juga menyampaikan pesannya agar tetap menghormati orang tuanya meskipun beragama non-Muslim. Namun, jika diminta oleh orang tuanya, baik oleh ayah atau ibunya, untuk kembali ke agama sebelumnya, harus memiliki prinsip di mana menolak permintaan tersebut. Namun, menolaknya tidak dengan kekerasan.


"Jadi orang tua tetap dihormati. Kalau Mas Aldo punya rezeki, boleh membawa makanan, kasih uang, dan lain sebagainya untuk orang tua," imbuhnya.