Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jombang KH Isrofil Amar berpesan empat hal kepada seluruh Nahdliyin khususnya di Jombang. Empat hal itu di antaranya agar warga NU mencintai NU secara kaffah; memperkokoh ukhuwah (persaudaraan) baik nahdliyah (sesama warga NU), basyariyah (sesama manusia), islamiyah (sesama umat Islam), ataupun wathaniyah (sesama bangsa); memiliki sikap syaja’ah (berani); kemudian terakhir, menjadi kader yang terus tumbuh dan berkembang.
Salah seorang dosen di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Rejoso Jombang ini lalu menjelaskan setiap pesannya. Mencintai NU secara kaffah, menurutnya, berarti setiap anggota tubuh individu warga NU hingga pada pikiran dan hati sepenuhnya mencintai NU.
"Marilah kita cintai NU dengan sepenuh cinta, dari lisan, pikiran, hati dengan utuh, begitu juga cinta ulama sebagai pejuang, terutama muassis NU," ujarnya saat kegiatan tasyakuran hari lahir (harlah) ke-94 NU dan silaturahim daerah (silatda) kader penggerak NU di GOR Chasbullah Said PP BU Tambakberas Jombang, Rabu (12/4).
"Dengan begitu semua apa yang kita lakukan berorientasi semata-mata karena kecintaannya terhadap NU," lanjut Kiai Isrofil, sapaan akrabnya.
Ia juga memaparkan pentingnya sikap Nahdliyin untuk memperkokoh ukhuwah demi tegaknya NU dari masa ke masa. Dalam menjalankan visi dan misinya, menurutnya, NU tak akan luput dari permasalahan karena sikap publik yang sebagian besar menerima dan sebagian yang lain menolak, terlebih muncul kelompok-kelompok ingin menyerang NU dari berbagai sisi.
"Marilah kita kokohkan ukhuwah kita baik nahdliyah, basyariyah, islamiyyah juga wathaniyyah. Kalau kader-kader NU seiya dan sekata, siapa saja yang akan menyerang NU dan ulama maka akan terlindis dengan sendirinya," jelasnya.
Di samping itu sifat berani mengambil keputusan dan tindakan yang dimiliki kader NU juga tidak kalah penting dan sangat dibutuhkan. Hal ini juga berkesinambungan dengan sikap ukhuwah di atas, dua sikap tersebut harus berbanding lurus dalam perjalanannya. "Karena dalam setiap perjuangan pasti ada problem," tuturnya.
Terakhir ia menjelaskan amanah agar menjadi kader NU yang tumbuh. Amanah ini ia analogikan dengan sebuah biji yang bisa tumbuh, bercabang kemudian menghasilkan buah yang bermanfaat bagi siapapun yang hendak merasakan manfaatnya.
"Kader adalah pengembang, seperti biji yang bisa ditanam di mana-mana, kemudian berkembang, tumbuh, bercabang, dan cabang-cabangnya terus berkembang lagi dan seterusnya begitu," pungkasnya. (Syamsul Arifin/Mahbib)