Pontianak, NU Online
Gerakan Pemuda (GP) Ansor menegaskan bahwa sebagai unsur dari nahdliyin mereka berkomitmen untuk tetap mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara.
"Biar pun Ansor radikal, tapi tetap komitmen karena Ansor merupakan unsur dari nahdliyin yang menyatakan komitmennya dengan Pancasila," kata Sekretaris Jendral GP Ansor, Imam Malik Haramain pada Rapat Koordinasi Regional Gerakan Pemuda Ansor se-Kalimantan di Pontianak, Senin.
<>Ia menambahkan, saat ini banyak bermunculan organisasi-organisasi Islam yang baru dan mengaku paling benar serta ingin mengubah Indonesia menjadi negara Islam.
Menurut Imam Malik, keinginan seperti itu harus ditinjau ulang karena Indonesia merupakan negara pluralisme yang terdiri dari beragam agama dan etnis. "Komitmen GP Ansor terhadap ke-Islaman meski kini banyak organisasi baru yang ingin mengubah Indonesia menjadi negara Islam," katanya.
Komitmen lain GP Ansor yakni di bidang kepemudaan untuk menepis anggapan bahwa minimnya generasi muda yang memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Selain itu, di bidang ekonomi kerakyatan, GP Ansor mencoba untuk mengembangkan berbagai hal diantaranya energi alternatif untuk mensejahterakan masyarakat di tengah krisis bahan bakar minyak.
Pada tatanan global, lanjutnya, banyak pihak yang tidak ingin agar harga minyak murah dan negara penghasil minyak tinggi menjadi incaran pengusaha untuk dikuasai.
Ia mencontohkan embargo Amerika Serikat terhadap Irak tidak terlepas dari keinginan Amerika untuk menguasai sumber minyak. "Kalau Amerika tidak sabar dan menyerang Iran, harga minyak mentah pasti akan lebih melonjak," katanya. Untuk itu, GP Ansor sepakat bahwa Indonesia harus memikirkan energi alternatif guna mengurangi ketergantungan terhadap minyak fosil.
Sementara Gubernur Kalimantan Barat, H Usman Ja’far menyambut baik keinginan GP Ansor dalam mendukung pengembangan energi alternatif di Indonesia khususnya Kalbar.
Menurut Gubernur, Kalbar memiliki banyak lahan tidur yang dapat dimanfaatkan untuk menanam berbagai tanaman bahan baku energi alternatif seperti jarak, singkong dan kelapa sawit. "Ketergantungan terhadap minyak mentah yang amat mudah berfluktuasi di pasaran global akan semakin berkurang," katanya. (ant/mkf)