Bandar Lampung, NU Online
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung H Suhaili menjelaskan problematika tentang keberagaman yang dewasa ini ada di Indonesia. Salah satu yang menjadi problem paling besar dalam kehidupan beragama dewasa ini menurutnya adalah kenyataan banyaknya agama.
Keberagaman ini, lanjutnya, diharapkan tidak menjadi sumber konflik. Namun harus dikelola dengan baik sehingga bisa berfungsi pada masyarakat plural jadi tidak saling berbenturan.
"Masalahnya sering kita lihat bahwa para pemeluknya telah mengekspresikan kebenaran agamanya secara monolitik dan eksklusif, dalam arti bahwa subyektivitas kebenaran yang diyakininya seringkali menafikan agama yang diyakini pihak lain," ujarnya, Kamis (20/7).
Hal itu disampaikannya didepan Peserta Workshop Multikulturalisme Intern Umat Islam yang dilaksanakan oleh Kanwil Kementerian Agama Lampung. Kegiatan yang mengangkat Tema Memperkokoh Ukhuwah dan Sinergi Dalam Dakwah ini dilaksanakan di Hotel Kurnia Bandar Lampung pada 20-22 Juli 2017.
Ia mengatakan bahwa Karakter Asli Agama adalah membawa misi sebagai pembawa kedamaian dan keselarasan hidup bukan saja antar manusia, tetapi juga antar sesama makhluk Tuhan penghuni semesta ini.
Namun, lanjutnya, dalam rentangan sejarah, misi agama tidak selalu artikulatif. Selain sebagai alat pemersatu sosial, agama pun menjadi unsur konflik. Salah satu Penyebab konflik antar pemeluk agama atau kelompok agama ini menurutnya adalah intoleransi.
"Yang menyebabkan intoleransi menurutnya adalah absolutisme (kesombongan intelektual), ekslusivisme (kesombongan sosial), fanatisme (kesombongan emosional), ekstremisme (berlebih-lebihan dalam bersikap), dan agresivisme (berlebih-lebihan dalam melakukan tindakan fisik)," jelasnya.
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa jika kemajemukan seperti warna kulit, suku, tradisi, bahasa, aktualisasi budaya, kepemimpinan sosial, kearifan lokal dan agama dapat dikelola agar bisa menjadi sebuah kekuatan yang bisa bermanfaat. Namun sebaliknya bisa jadi kelemahan apabila tidak dimenej dengan baik.
Ia sangat menyayangkan saat ini kemajemukan yang ada sering dijadikan perdebatan khususnya di Media Sosial yang menjurus kepada perpecahan. Oleh karenanya Ia berharap umat Islam tidak ikut terpengaruh dengan hal-ha tersebut.
"Umat Islam jangan larut dalam hiruk pikuk perdebatan perbedaan pandangan Agama di Medsos. Banyak yang merasa Paling benar sendiri seolah-olah mau masuk surga sendiri," katanya seraya mengingatkan bahwa yang terpenting adalah menjaga persatuan.
Menurutnya umat Islam harus menerima kenyataan keragaman budaya dan agama serta memberikan toleransi kepada masing-masing komunitas dalam menjalankan ibadahnya. Oleh karena itu, kecurigaan tentang sifat Islam yang anti plural sangat tidak beralasan dari segi ideologis. (Muhammad Faizin/Fathoni)