Daerah

Jumat Legi Pesarean Mbah Ud Dikunjungi Peziarah dan Pedagang

Jumat, 21 April 2017 | 00:01 WIB

Sidoarjo, NU Online
Tak seperti hari biasanya, setiap hari Kamis malam Jumat Legi, makam KH Ali Mas'ud di Desa Pagerwojo, Buduran, Sidoarjo selalu ramai didatangi peziarah dari berbagai daerah di Jawa Timur. Hal ini, menarik perhatian masyarakat sekitar khususnya dan masyarakat luar untuk mengais rezeki dengan cara berdagang.

Setiap memasuki kawasan pesarean, sekitar 150 meter dari area parkir motor menuju makam, mata tak pernah lepas dari para pedagang yang menjajakan dagangannya. Mulai makanan, minuman, aksesoris, perlengkapan alat shalat, peci, buku bacaan dan masih banyak lagi yang lainnya.

Namun, pada Kamis, (20/4) malam ini, ada salah satu pedagang yang menjual cetakan kue pastel dan donat yang tak pernah hentinya melayani konsumen yang ingin membeli cetakan tersebut. Penjual tersebut bernama Wito (58) Warga Kupang Rajan, Surabaya.

Menurut Wito, setiap Kamis malam Jumat Legi ia berjualan di area makam KH Ali Mas'ud atau yang biasa dikenal Mbah Ud, karena banyaknya peziarah dari luar kota dan kabupaten yang selalu berdatangan. Memanfaatkan momen tersebut, bapak empat anak ini sengaja menjual cetakan makanan yang sudah tidak asing di lidah masyarakat itu.

Meski saat ini sudah banyak cetakan yang menggunakan mesin, namun cetakan tersebut masih banyak diburu pembeli. Pasalnya, banyak yang mengatakan bahwa cetakan tersebut selain harganya ekonomis, cara pembuatannya juga mudah.

Cetakan pastel yang dijual Wito harganya bervariatif. Mulai dari Rp. 5 ribu, Rp. 7 ribu, Rp. 8 ribu hingga Rp. 10 ribu. Sementara cetakan donat harganya sekitar Rp. 8 ribu dan Rp. 10 ribu.

Wito mulai menjajakan dagangannya sekitar pukul 17.00 WIB hingga pukul 23.30 WIB. Dari hasil jualannya, Wito meraup keuntungan sekitar Rp. 200-250 ribu. Itu pun bisa dibilang kalau jualannya lagi ramai pembeli.

"Kadang-kadang ramai kadang juga sepi. Yang penting disyukuri. Dapat sedikit disyukuri dapat banyak Alhamdulillah. Terkadang sehari tidak dapat juga pernah," kata Wito.

Wito mulai berjualan sejak tahun 1990-an. Itu pun selalu berpindah tempat, tidak hanya di area pesarean Mbah Ud. Kadang ia berjualan di pasar Larangan atau pasar Gedangan Sidoarjo. Sementara, di area makam Mbah Ud, sudah berjalan 5 tahun.

Wito tidak hanya menjual cetakan kue. Melainkan pernah menjual alat pijat, terapi elektrik, ikat pinggang dan lain sebagainya. Karena melihat mangsa pasar yang ramai dicari pembeli adalah cetakan kue, ia akhirnya berjualan cetakan kue hingga saat ini. "Alhamdulillah saya senang sekali bisa berjualan di area makam Mbah Ud," akunya gembira.

Beberapa pembeli mengaku tertarik membeli alat tersebut karena cetakannya mudah digunakan. Selain itu, harganya juga murah meriah. Ika Hariyati salah satu pembeli asal Dusun Kedungsari Desa Bandung, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk mengaku senang telah membeli cetakan itu.

"Sebenarnya membuat kue pastel dan donat dengan cara manual juga bisa. Namun, hal itu masih belum bisa praktis ketika tidak menggunakan cetakan ini. Cetakan ini juga langkah, makanya ketika saya melihat di sini ada, saya langsung beli. Karena cetakan ini bisa buat usaha atau pas ada hajatan di rumah tidak repot-repot cetak kue " ujarnya.

Sementara itu, pembeli lain, Kahar, (57) warga Lumajang mengatakan bahwa cetakan ini buat istrinya. Rencananya, alat tersebut akan digunakan untuk membuat kue dan akan diberikan kepada cucunya yang akan dikhitan. (Moh Kholidun/Alhafiz K)


Terkait