Nasional

PBNU Terima Audiensi GAMKI, Bahas Isu Intoleransi hingga Konsensus Kebangsaan

NU Online  ·  Senin, 14 Juli 2025 | 14:00 WIB

PBNU Terima Audiensi GAMKI, Bahas Isu Intoleransi hingga Konsensus Kebangsaan

Ketum PBNU Gus Yahya saat menerima jajaran pengurus GAMKI di lantai 3 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, pada

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima kunjungan audiensi dari jajaran DPP Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (14/7/2025).


Dalam pertemuan ini, kedua belah pihak mendiskusikan berbagai isu kebangsaan dan menegaskan komitmen kolaborasi lintas iman demi merawat persatuan Indonesia.


Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyambut langsung rombongan DPP GAMKI yang dipimpin oleh Sahat Martin Philip Sinurat. Keduanya membahas sejumlah isu aktual, seperti intoleransi, perizinan rumah ibadah, keadilan lingkungan, serta pentingnya membangun norma bersama berbasis nilai-nilai Pancasila.


Kepada Gus Yahya, Ketua Umum DPP GAMKI Sahat Sinurat menyampaikan langsung keprihatinan atas sejumlah kasus intoleransi yang baru-baru ini terjadi, salah satunya pembubaran kegiatan retret pemuda Kristen di Sukabumi serta polemik IMB Gereja Katolik DBKP di Depok.


"Kami menyampaikan kepada Ketum PBNU bahwa intoleransi semacam ini menjadi alarm bagi semua pihak. Ini bukan hanya soal kebebasan beragama, tapi juga soal komitmen kita terhadap Pancasila sebagai konsensus kebangsaan," ujar Sahat.


Selain itu, GAMKI menyampaikan dukungan terhadap upaya yang dilakukan pimpinan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dalam menyuarakan keadilan lingkungan hidup.


"Kami melihat ini sebagai isu bersama. NU dan HKBP memiliki semangat yang sama dalam memperjuangkan keadilan ekologis," lanjutnya.
 


Dalam pertemuan tersebut, GAMKI mengusulkan pentingnya membangun konsensus nasional lintas iman yang melibatkan PBNU, Muhammadiyah, PGI, KWI, dan tokoh-tokoh keagamaan lainnya, guna menyepakati norma-norma kebangsaan berdasarkan Pancasila.


"Kita butuh satu titik temu agar nilai-nilai luhur Pancasila tidak hanya menjadi jargon. Kalau tidak disepakati bersama, maka setiap pergantian pemimpin bisa mengubah arah kebijakan sesuai kehendak politik. Ini yang memicu lahirnya intoleransi dan ketidakadilan lainnya," tegas Sahat.


Ia juga menyampaikan bahwa Gus Yahya menyambut positif gagasan tersebut dan bahkan telah menjalin komunikasi dengan tokoh-tokoh lintas agama sebelumnya.


"Beliau sangat responsif dan sudah menjalin dialog, termasuk dengan Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Jeki. Artinya, benih konsensus ini sudah mulai tumbuh dan perlu kita dukung bersama," imbuhnya.


GAMKI juga menyampaikan bahwa kolaborasi pemuda lintas agama sudah mulai dijalankan. Salah satunya saat mereka bersama GP Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, dan organisasi pemuda keagamaan lainnya bertemu Paus Fransiskus di Vatikan pada 2024 untuk mendeklarasikan komitmen bersama atas nilai-nilai Pancasila.


"Deklarasi Jakarta-Vatikan adalah bentuk sumbangan kecil dari pemuda lintas iman. Tapi yang besar harus datang dari para tokoh utama, seperti PBNU, Muhammadiyah, PGI, KWI, GAMKI siap mendukung," ujar Sahat.


Sahat juga menitipkan harapan agar PBNU terus menjadi tumpuan dalam mengayomi masyarakat lintas iman.


"Kadang agak sulit bertemu Menteri Agama, jadi kami mengadu kepada Ketum PBNU. Kami percaya PBNU bisa menjadi penjaga kompas kebangsaan kita," ujarnya.


Sahat menegaskan komitmen GAMKI terhadap empat pilar bangsa dalam singkatan PBNU.


"PBNU, bagi kami, adalah simbol dari Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Nilai-nilai inilah yang akan terus kami gaungkan di daerah-daerah," pungkasnya.