Bagi hamba Allah yang rajin ibadah dan beramal shalih, ketika sudah meninggal dunia akan mendapat nikmat kubur dan berpotensi memiliki karomah, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani yang dijelaskan dalam kitab Tanwirul Qulub.
Demikian disampaikan pengasuh Pesantren Darussalam Buntet Pesantren Cirebon, KH Tb. Ahmad Rifqi Chowas, saat memberikan taushiyah dalam kegiatan walimayus safar haji di Pesantren Al-Huda Pungangan, Subang, akhir pekan lalu (31/7)
"Alam barzakh beda dengan alam dunia, kalau di dunia banyak salah dan khilaf dan macam-macam masalah hidup, kalau di alam barzakh ada nikmat kubur dan tidak ada masalah seperti orang hidup di dunia, maka pantas kalau karomah orang shalih lebih terasa ketika sudah meninggal dunia," ungkap Kiai yang biasa disapa Kang Entus itu
Dalam kesempatan itu Kang Entus menguatkannya dengan firman Allah yang ada dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 124 dan Annisa ayat 69 yang menyatakan bahwa para syuhada, nabi, para pecinta kebenaran dan orang-orang shalih tidak mati dan akan selalu hidup serta akan mendapat nikmat kubur.
"Makanya salah satu tradisi kita adalah ziarah kubur kepada para wali, ulama, karena kita meyakini bahwa para penghuni kubur itu masih 'hidup'," tuturnya.
Mengenai hal ini, kata dia, ada sebuah kisah nyata yang dialami oleh putra bungsu Kiai Abbas Buntet, yaitu KH Nahdludin Abbas yang melaksanakan ibadah haji saat berusia sekitar 5 tahun. Karena saat itu Kiai Nahdludin masih balita, ia hanya mengingat dua hal saja.
"Pertama yang diingat Kiai Nahdludin adalah ketika tawaf beliau digendong oleh abahnya (Kiai Abbas, red) dan yang kedua beliau menyaksikan abahnya bertemu dan mengobrol lama dengan ulama ahli hadits di Madinah yaitu Syaikh Ali Ath-Thoyyib Al-Madani Al-Hasani, beliau ini ulama Madinah yang membawa tarekat Tijaniyah ke Tanah Air," ungkap Pengasuh Pesantren Daarussalam Buntet itu.
Kiai Nahdludin, kata dia, saat itu merasa aneh sebab materi obrolan Abahnya dengan Syaikh Ali semuanya membahas tentang alam barzakh. Tidak lama kemudian Kiai Nahdludin baru mengetahui bahwa ternyata Syaikh Ali itu sudah wafat beberapa tahun sebelumnya. (Aiz Luthfi/Mahbib)