Daerah

Katib Aam: Gerakan Radikal Karena Salah Tafsirkan Ajaran Islam

Kamis, 30 April 2015 | 08:59 WIB

Mataram, NU Online
Dalam rangka menangkal ideologi radikal terutama yang dilatarbelakangi pemahaman agama, Lembaga Takmir Masjid Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat (LTM PWNU) menyelenggarakan seminar nasional dengan tema “Menangkal Ideologi Radikal dengan Paham Ahlussunnah wal Jamaah ala Indonesia” pada Rabu tanggal 29 April 2015.  
<>
Seminar yang dibuka oleh Wakil Gubernur NTB ini menghadirkan pembicara nasional Katib Aam PBNU KH Malik Madany dan Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat M Cholil Nafis.  

Dalam paparannya Malik Madani mengatakan bahwa munculnya gerakan-gerakan radikal yangmengatasnamakan Islam adalah akibat kesalahan mereka dalam menafsirkan Al-Quran dan Al-Sunnah. 

Menurutnya, sebenarnya niat mereka baik ingin mengamalkan Al-Quran dan Al-Hadits secara kaffah, namun mereka salah jalan. Akibat salah jalannya itu, tutur Malik Madany. Mereka berperilaku seperti orang-orang Khawarij yang mengkafirkan orang-orang yang tidak segolongan. Tidak hanya itu, mereka pun menghalalkan darah orang-orang yang mereka kafirkan, demikian tuturnya. 

Karena itu untuk menangkal merebaknya ideologi ini, menurutnya, pemahaman terhadap Ahlusunnah wal Jamaah yang genuine harus didakwahkan di tengah-tengah masyarakat. Karena aswaja yang asli adalah yang mengajarkan toleransi, keseimbangan, musyawarah, keadilan, dan persamaan derajat.

Selanjutnya, Cholil Nafis, pembicara kedua, juga menegaskan bahwa gerakan radikalis teroris yang mengatasnamakan Islam adalah akibat tidak paham dengan istilah negara Islam. Mereka menganggap daulah islamiyah kalau diberi nama Islam. Islam tidak menentukan model negara. Asal dalam negara itu ada kesatuan dan kemaslahatan bagi umat beragama adalah negara Islam. Al-Quran mengatakan bahwa Islam adalah agama wasathi, yaitu menjadikan umat pilihan yang adil, dan pertengahan dari ekstrim kanan dan ekstrim kiri.  

Cholil Nafis menambahkan bahwa sebagai agama wasathi, nilai-nilai Islam senantiasa humanistik dan tasamuh (toleran). Karena itu, tegasnya, kalau ada gerakan Islam yang anti kemanusiaan dan memaksakan kehendak dengan kekerasan destruktif, jelas itu bukan gerakan Islam. Karena itu jangan diikuti.

Seminar ini juga diisi oleh narasumber dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama NTB, dan Ketua PWNU NTB. Dalam paparannya Kepala Kanwil Kementerian Agama NTB menyampaikan bahwa pesantren-pesantren yang berbasis budaya lokal telah terbukti mengajarkan Islam rahmatan lil alamin dan telah menjadi penopang berdiri tegaknya NKRI. Ia juga menegaskan, Kemenag telah membuat regulasi agar pesantren tidak mengajarkan radikalisme agama karena itu pesantren yang diberi izin operasional adalah pesantren yang kurikulumnya tidak mengajarkan radikalisme. 

Ketua PWNU NTB Tgh. Ahmad Taqiuddin Manshur menyerukan agar masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh pemahaman-pemahaman provokatif yang mengatasnamakan Islam. Karena itu, ia menghimbau agar masyarakat memahami betul ajaran aswaja terutama aswaja yang diajarkan di Indonesia.

Acara ini ditutup oleh doa yang dibacakan oleh ulama Kharismatik NTB Tgh. Lalu Muhammad Turmudzi Badaruddin. Dalam doanya Tgh. Turmudzi memohon kepada Allah SWT agar umat Islam senantiasa ditunjukan pada pemahaman agama yang benar dan pemahaman agama agama yang dapat mengantarkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Red: mukafi niam


Terkait