Kudus, NU Online
Wakil Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Cabang Kudus Jawa Tengah Zamhuri menegaskan Nahdlatul Ulama (NU) mempunyai tanggung jawab terhadap eksistensi kretek.
<>
Hal itu mengemuka dalam Ngaji Kretek bertajuk “Kretek; Dari Diskriminasi Hingga Telikungan Kapitalisme Global” kerjasama ISNU Kudus dan STAIN Kudus, berlangsung di hotel @Hom Kudus, Jum’at (8/8) kemarin.
Menurut Deputi Riset Masyarakat Pemangku Kepentingan Kretek Indonesia
(MPKKI) ini kretek yang ia sebut Nahdlatul Udud (“NU”) dan Nahdlatul Ulama (NU) ada keterkaitan sejarah. Kretek di Kudus misalnya, merupakan local jenius kota Kretek.
Kretek, sebut Zamhuri, dipopulerkan oleh saudagar santri untuk mengembangkan laju ekonomi masyarakat era kolonialisme. Karenanya,
“NU” dan NU ada keterkaitan baik dari segi ekonomi, sosial dan
politik.
Disamping itu diranah budaya, rokok—moro takok. Seorang awam yang sowan kepada kiai, contohnya, sambung dia membawa rokok. Tak aneh jika dalam perayaan melahirkan, pengajian maupun tahlilan pun tidak jauh dari rokok.
“Saya juga dengar dari Jepara saat mantu, perayaan atau walimah juga
ada tradisi barter rokok,” imbuhnya.
Karenanya saat kretek dalam ancaman diskriminasi NU bertanggung jawab
menjadi pemrakarsa pembelaan. Jika tidak tanggung jawab, NU menurutnya a-historis, lupa terhadap sejarah.
Terlepas dari hukumnya Makruh atau Sunnah Muakkad sekalipun kretek telah memberikan kontribusi dalam berbagai bidang. NU tegasnya lagi harus melestrasikan kretek. Dulu Mbah Hasyim menggelorakan resolusi jihad. Kini, NU tambahnya perlu juga menyuarakan resolusi kretek. (Syaiful Mustaqim/Abdullah Alawi)