Purworejo, NU Online
Terinspirasi lagu Iwan Fals, Sofyan Rizali Zain mengajak rekan-rekannya untuk memanfaatkan pekarangan rumah kontrakan yang juga merupakan kantor Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
<>
Lahan pekarangan samping rumah hijau yang berada di jalan sibak nomer 18 Pangen Jurutengah Purworejo itu tak lagi penuh dengan sampah. Pekarangan tersebut kini bersih bahkan hijau karena telah ditanami tanaman cabe rawit setan dengan menggunakan kantong plastik (polybag) dan adapula yang langsung ditanam ditanah.
Sofyan yang juga merupakan Ketua PC IPNU Kabupaten Purworejo mengatakan, sedikitnya ada 12 anak yang tinggal dikantornya. Mayoritas adalah mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Purworejo.
“Disela-sela kesibukan kuliah dan beraktifitas di organisasi saya mengajak mereka untuk mengolah lingkungan sekitar dengan belajar menanam cabe. Kedepan rencananya akan ditambah beberapa jenis sayur-sayuran yang lain seperti terong dan tomat,” terang fans berat Iwan Fals tersebut Rabu pekan lalu.
Sofyan menambahkan, ide mengolah pekarangan tersebut sebenarnya datang dengan tiba-tiba yaitu saat mendengarkan lagu Iwan Fals yang berjudul “Tanam-tanam Siram-siram” dan “Pohon Kehidupan”. Setelah mendengarkan lagu tersebut kemudian ia tergugah dan mulai mengajak teman-temannya untuk berdiskusi tentang pemanfaatan lahan dilingkungan.
“Dari diskusi itulah kemudian tercetus ide untuk menanam cabe sebagai percobaan. Apalagi informasi dari berbagai media bahwa dunia saat ini mulai mengalami krisis biji-bijian. Jadi mau tidak mau, walaupun sedikit pekarangan harus tetap diolah,” ucapnya.
Setelah semua sepakat, kemudian ia meminta salah satu rekan yang kebetulan juga memiliki pengalaman menanam cabe dan berhasil di daerahnya. Karena selain untuk mengisi waktu luang penghuni kontrakan, Sofyan berharap pekarangan hijau garapannya menjadi laboratorium bercocok tanam bagi rekan-rekannya.
“Kita niati untuk belajar, siapa tahu setelah kuliah selesai, pengalaman menanam cabe dengan teknik yang benar menjadi pelajaran mereka untuk ditekuni di daerahnya masing-masing,” tandasnya.
Lebih lanjut Sofyan mengatakan, kegiatan menghijaukan pekarangan ini akan terus dikampanyekan kepada kader-kader, saudara dan teman-temannya. Ia membayangkan jika setiap pekarangan rumah ditanami sayur-sayuran paling tidak akan terjadi penghematan yang luar biasa.
“Terus terang saya prihatin dengan perilaku pola hidup masyarakat yang cukup boros. Kalau bisa menanam, ngapain harus beli. Seandainya mereka mau menanam tiga polybag cabe, kenaikan harga cabe yang terjadi beberapa waktu yang lalu tidak akan meresahkan masyarakat,” tandasnya.
Sementara itu, Asrul Hadi (25) warga Hardimulyo Kecamatan Kaligesing, seorang petani cabe yang menjadi tutor penanaman cabe tersebut mengatakan, langkah yang ditempuh oleh mahasiswa yang berupaya menghijaukan pekarangannya tersebut sangat positif.
“Meski mereka belum berpikir tentang hasil secara ekonomi, karena lahannya yang terbatas namun seandainya ditekuni saya yakin akan menjadi penghasilan sampingan bagi mereka.”katanya.
Asrul mengaku untuk sementara kendala yang dihadapi adalah sempitnya lahan. Selain itu, mencari tanah yang subur untuk mengisi polybag juga agak sulit karene kebetulan berada di wlayah perkotaan.
“Berbeda dengan menanam di desa yang bisa minta kepada tetangga. Kalau disini semuanya harus membeli, sehingga kos produksinya menjadi tinggi,”ucapnya. (Lukman Hakim/Mahbib)