Kudus, NU Online
Madrasah Aliyah Qudsiyyah Kudus menggelar workshop pengembangan Ilmu Falak di Aula Madrasah setempat, Sabtu (26/4). Kegiatan yang dibuka Kepala Kemenag Kudus H.Hambali ini, diikuti 100 peserta dari unsur tokoh masyarakat dan guru madrasah bidang ilmu falak.
<>
Dalam sambutannya, H Hambali mengharapkan supaya ilmu falak bisa dijadikan salah satu model keunggulan pada madrasah di Kabupaten Kudus. Dari sejarahnya, Kudus merupakan salah satu tolok ukur perkembangan ilmu falak di Indonesia sehingga sangat perlu diperkuat dan dikembangkan.
“Kegiatan serupa bisa terus dikembangkan di madrasah-madrasah lain di Kabupaten Kudus mengingat keilmuwan falak ini sedikit yang mengembangkannya,” katanya.
Salah satu hal yang mengemuka dalam diskusi yang bertema “Implementasi Teori dan Praktik Ilmu Falak dalam Pembelajaran” adalah seringnya perbedaan dalam menentukan awal puasa maupun Idul Fitri. Narasumber utama, H. Muhyiddin Khazin, dari UIN Yogyakarta mengungkapkan perbedaan tersebut salah satu faktor utamanya dalam persoalan kriteria dan landasan yang berbeda.
Dijelaskan, pendapat-pendapat yang berbeda salah satunya adalah kemungkinan bisa terlihatnya hilal (bulan). “Ada yang menggunakan kriteria tinggi dua derajat, ada yang kriteria 6,4 derajat baru bisa terlihat, bahkan ada yang berpendapat yang penting wujud hilal,” terang anggota Lajnah Falakiyah PBNU ini.
Menurutnya, perbedaan pandangan tersebut sering kali menjadi sebab ormas sulit untuk disatukan ketika menentukan awal bulan puasa maupun hari raya Idul Fitri. “Tetapi kita tidak boleh menyerah, kita terus berusaha untuk sering melakukan diskusi dengan para ahli falak di masing-masing ormas utuk melakukan kesefahaman dan meminimalisir perbedaan,” ujar H Muhyidin.
Kendati demikian, Dosen Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini bersyukur di era sekarang, walaupun sering berbeda tetapi tetap menghormati satu sama lain. “Sekarang ini tidak seperti dahulu, yang begitu memperuncing perbedaan dalam penentapan awal puasa ataupun Idul Fitri. Kebersamaan harus tetap diutamakan untuk persatuan dan kesatuan umat muslim di negeri ini,” pungkasnya.
Hal lain dalam memotivasi para guru dan siswa dalam acara tersebut adalah karena ilmu falak merupakan salah satu ilmu bantu dalam ibadah. Dari lima rukun Islam, empat diantaranya bersinggungan langsung dan menggunakan ilmu falak.
“Shalat, zakat, puasa, dan haji adalah rukun Islam yang berkaitan dengan ilmu falak. Penentuan waktu sholat, arah kiblat juga menggunakan hitungan falak,” terang H.Muhyidin.(Qomarul Adib/Abdullah Alawi)