Daerah

Mahasiswa STAI Sunan Giri Bojonegoro Tera Ulang Arah Kiblat

Selasa, 11 Februari 2014 | 05:01 WIB

Bojonegoro, NU Online 
Sejumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sunan Giri Bojonegoro mengisi masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Kapas, Bojonegoro, 5 Februari sampai 5 Maret 2014, salah satunya dengan mengukur kembali arah kiblat masjid daan mushala di daerah setempat.
<>
Mahasiswa kampus yang direncanakan menjadi Universitas Nahdlatul Ulama ini menghadirkan ahli falak dari Kementerian Agama (Kemenag) Bojonegoro. Untuk membantu pemeriksaan arah kiblat hingga mendekati sempurna, seluruh perwakilan mahasiswa koordinator desa (kordes) dan sekretaris desa (Sekdes) KKN berkumpul di balai desa Kedaton, Senin (10/2).

Meskipun berangkat dari niatan baik, dosen STAI Sunan Giri Bojonegoro, Salamun mengaku tetap mendapat kendala dari sejumlah pengurus takmir masjid yang belum mengizinkan tera ulang arah kiblat pihaknya.

"Tetapi kita akan mencoba, agar seluruh masjid, mushola atau tempat ibadah dapat ditera ulang arah kiblatnya," ujarnya.

Sementara itu, Kasi Bimas Islam Kemenag Bojonegoro Mahfuri menjelaskan kepada seluruh Kordes dan Sekdes KKN, bahwa di Kecamatan Kapas sudah ada tiga tempat ibadah yang ditera ulang arah kiblatnya. Di antaranya, salah satu mushala dan masjid agung di Kapas, serta mushala stasiun Kapas.

"Tera ulang itu penting, karena dikhawatirkan adanya proses gempa dan kejadian alam lainnya menjadikan arah kiblat melenceng jauh," jelasnya.

Selain itu, Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Cabang NU (PCNU) Bojonegoro Muhammad Charis mengatakan, ada beberapa kemungkinan persoalan mengapa masjid, mushola, atau tempat ibadah kurang sempurna arah kiblatnya. Antara lain, proses pendiriannya yang tidak melalui pengukuran arah kiblat semestinya.

"Serta saat menentukan arah kiblat menggunakan kompas, padahal itu tidak diperkenankan untuk menguruh arah kiblat. Karena kompas satu dengan yang lainnya tidak sama," jelasnya.

Diceritakan, tahun 1897 silam, KH. A. Dahlan mengukur arah kiblat di masjid agung Yogyakarta. Namun saat ini kembali dilakukan karena banyak peristiwa alam yang membuat pergeseran bumi. Sehingga peneraan atau pengukuran ulang arah kiblat sebaiknya dilakukan kembali agar benar.

Cara mengukur arah kiblat, arah kiblat Bojonegoro sebesar 294 drajat. Serta dengan cara rashdul qiblat yang terjadi setahun dua kali, yakni 27-28 mei, pada pukul sekitar 12:18 WIS atau 16:18 WIB. Serta 15-16 juli, sekitar pukul 12:28 WIS atau 16:28 WIB. "Cara mengukur arah kiblat ada yang menggunakan alat-alat, bisa juga menggunakan rashdul qibllat yang terjadi dua kali," pungkasnya. (M Yazid/Mahbib)


Terkait