MUI Jember Berharap Pemerintah Perhatikan Nasib Pengikut Taat
Ahad, 9 Oktober 2016 | 07:44 WIB
Maju kena, mundur kena. Itulah kalimat yang pas untuk menggambarkan nasib sekitar 250 pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang masih kukuh bertahan di padepokan yang terletak di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo.
Setidaknya, itulah yang disimpulkan Ketua MUI Cabang Jember, Abdul Halim Subahar menyikapi gonjang ganjing padepokan milik Taat–sapaan akrabnya—itu. Menurutnya, mereka yang masih bertahan sebagian besar adalah “tokoh” yang bertugas mengumpulkan uang di daerahnya masing-masing. Sehingga mereka enggan pulang kampung karena takut dimintai pertanggungjawaban oleh si penyetor dana. Namun, terus bertahan di padepokan, juga tidak mungkin.
“Karena itu, kami berharap agar Pemkab Jember ikut memikirkan warganya yang masih bertahan di sana (Probolinggo) agar bisa dan mau pulang. Dalam catatan MUI Jawa Timur, warga Jember di situ berjumlah 14 orang,” ucapnya kepada NU Online melalui sambungan telepon seluler, Jumat (7/10).
Halim mengungkapkan, pihaknya sudah mengikuti rapat koordinasi dengan MUI Jawa Timur belum lama ini. Katanya, dalam rapat tersebut ada 4 hal yang menjadi sorotan terkait Taat, yaitu pembunuhan, penipuan, pengggandaan uang dan penistaan agama. Namun hal lain yang juga menjadi perhatian adalah soal rehabiltasi mental pengikut Taat, terutama yang masih bertahan di padepokan. “Kasihan, mereka mundur kena, maju kena. Bahkan saya dengar di Kalibaru, Banyuwangi, beberapa pengikut Taat mati ngenes,” ucapnya.
Sementara itu, Sekretaris Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Jember Kholidi Zaini menegaskan, para pengikut Taat yang masih bertahan di padepokan, rata-rata orang yang oleh Taat sudah diangkat sebagai sultan atau koordinator. Di samping menyetor dana pribadi, mereka juga bertugas menarik mahar dari masyarakat dengan janji dapat “kembalian” sekian ratus kali lipat nanti. Mereka sudah tidak punya apa-apa, dan masih harus menghadapi orang yang uangnya ditarik.
“Nah, mereka-mereka itu dibujuk bagaimanapun tetap tidak mau pulang, kecuali satu; ada perintah dari ketua yayasan, Marwah (Daud Ibarahim),” ujarnya kepada NU Online usai mengunjungi Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, kemarin. (Aryudi A. Razaq/Mahbib)