Wonosobo, NU Online
Besarnya jumlah warga Nahdlatul Ulama meniscayakan potensi besar dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik. Dengan pemberdayaan dan konsolidasi intensif, NU memegang peran penting di tengah laju perkembangan masyarakat Indonesia yang begitu cepat.
<>
Pernyataan ini disampaikan Ketua PWNU Jawa Tengah H Abu Hafsin dalam Konferensi Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jateng di Kampus Unsiq Wonosobo, Sabtu (17/5).
Mengutip hasil survei CSIS, Abu Hafsin memaparkan masyarakat muslim Indonesia yang mengidentitaskan diri sebagai warga NU mencapai 48 % atau 96 juta dari 200 juta penduduk Indonesia. Sementara warga Muhammadiyah hanya 9,6 %.
“Kalau punya massa sebesar itu, kita sah menyatakan NU organisasi terbesar di Indonesia. Ini sebuah potensi yang bisa dioptimalkan menjadi modal ekonomi maupun politik bagi NU,” katanya.
Kini NU tengah memperkuat warganya untuk mengoptimalkan kekuatan besar itu untuk masuk di segala bidang, kata Abu Hafsin. Tanpa ada pendistribusian tugas, NU yang besar itu sulit berperan.
“Kita bisa belajar dari kejatuhan KH Abdurrahman Wahid yang mudah rapuh dan jatuh akibat tidak didukung empat kekuatan di antaranya ekonomi, birokrat, konstituen politik, dan media,” ujarnya mencontohkan.
Kekuatan media saat itu mempunyai pengaruh kuat atas kejatuhan pemerintahan Gus Dur. Pada masa itu, Gus Dur tidak didukung kekuatan media sehingga isu kecil bisa menjadi amunisi menyerang kepemimpinannya.
Kepada warga Ansor, Abu Hafsin berpesan untuk selalu mempertahankan ideologi aswaja dan kaderisasi secara sistematis guna membangun loyalitas dan militansi anggota.
“Kita harus bersama-sama membesarkan organisasi kita demi menjaga ideologi dan mengembangkan ekonomi warga. NU tanpa ditopang pemuda hanya akan menjadi singa ompong,” pungkas Abu. (Qomarul Adib/Alhafiz K)