Mojokerto, NU Online
Kumandang takbir menggema di seluruh penjuru bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 1440 H, Rabu (5/6). Pemandangan serupa juga dirasakan warga di Dusun Pasinan Wetan, Desa Kupang, Kecamatan Jetis, Mojokerto, Jawa Timur. Mereka merayakan hari kemenangan dengan kegiatan pawai lampion. Kegiatan turun temurun tersebut kian meriah dengan pembagian hadiah.
“Hari Raya Idul Fitri 1440 H ini kita mengusung tema Islamic Religius,” kata Nasrullah.
Pria yang dipewrcaya sebagai ketua panitia ini menjelaskan bahwa setiap warga yang terhimpun dalam Rukun Tetangga atau di setiap Dusun Pasinan Wetan menampilkan karya yang cukup menarik dan kreatif. “Mulai dari gunungan dengan lafadz syahadat, rembulan, lafadz Allah, bedug dan hewan lebah yang semaunya berukuran cukup besar,” ungkapnya.
Semua berangkat dari kawasan Masjid Nurul Huda, kemudian menuju Balai Desa Kupang dan kembali lagi ke masjid.
Antusias masyarakat dalam mempersiapkan pernak-pernik dimulai dari dua pekan setalah puasa berlangsung. “Warga sangat antusias. Bahu membahu dan gotong royong bersama mulai dari awal Ramadhan hingga menjelang hari rayatidak pernah mengeluh. Kegiatan ini cukup bagus untuk mempererat kekeluargaan antar warga,” jelas Kasmin selaku Ketua RT 05.
Peserta pawai tidak hanya dari kalangan pemuda. “Seluruh masyarakat tumpah ruah di jalanan membaur menjadi satu. Kurang lebih 500 peserta yang mengikuti pawai,” jelas Nasrullah. Meski membawa masa yang cukup banyak, hal itu tidak menggangu jalannya lalu lintas, lanjutnya.
“Tradisi seperti ini harus terus kita rawat dan jaga,” jelasnya. Karena yang terlibat tidak hanya satu orang, melainkan banyak stake holder.
Dirinya juga berharap jangan sampai memiliki pandangan bahwa dengan hasil karya yang ditampilkan terlihat bagus menjadi tolok ukur suksesnya acara. “Suksesnya acara adalah proses dari itu semua yang harus kita apresiasi. Keguyuban, kerukunan dan gotong royong yang paling penting,” urainya.
Kegiatan ditutup dengan pengundian kupon yang berhadiah perlengkapan shalat dan perlatan rumah tangga. “Semua biaya atas inisiatif masyarakat sendiri dengan Patungan satu sama lain kemudian terkumpul menjadi satu,” pungkasnya. (Nuruddin/Ibnu Nawawi)