Pembakaran Simbol HTI Didramatisir Agar Banser Jadi Musuh Bersama
Jumat, 26 Oktober 2018 | 02:00 WIB

Ketua PCNU Jember, Gus Aab berpose bersama (di tengah-tengah) saat Peringatan Hari Santri di Kampus UIJ
Jember, NU Online
Peristiwa pembakaran simbol HTI oleh anggota Banser di Garut Jawa Barat empat hari lalu, mendapat tanggapan serius dari Ketua PCNU Jember, Jawa Timur, KH Abdullah Syamsul. Melalui video berdurasi 2,18 detik yang tersebar di sejumlah grup WhatsApp, Gus Aab, sapaan akrabnya, menyatakan apa yang dilakukan oleh anggota Banser itu semata-mata karena kecintaannya terhadap NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Mereka ingin menjaga NKRI dari rongrongan ormas yang secara nyata telah dilarang oleh pemerintah Indonesia, yaitu HTI.
“Jadi yang dibakar itu bukan kalimat tauhidnya tapi simbol dari gerakan ormas yang dilarang hidup di bumi NKRI ini,” lanjutnya.
Gus Aab mengaku yakin bahwa anggota Banser itu tidak punya niat sedikitpun untuk menghina kalimat tauhid. Sebab, bagaimana mungkin Banser dan Ansor sebagai penganut ajaran Ahlussunnah wal Jamaah sengaja membakar kalimat yang setiap hari dijunjung tinggi dalam kehidupan mereka.
“Dan ditanam dalam hati mereka, diterapkan dalam prilaku mereka,” jelasnya.
Dekat Fakultas Trabiyah IAIN Jember itu mengajak umat Islam untuk tidak gampang terprovokasi oleh pihak-pihak yang sengaja mendramatisir peristiwa pembakaran tersebut. Mereka ingin membentuk opini bahwa Banser telah menghina kalimat tauhid, menghina Allah dan sebagainya. Padahal tidak seperti itu.
“Tujuannya agar Banser menjadi musuh bersama umat Islam,” jelasnya.
Dalam perkembangan yang sama, Rais Syuriyah PCNU Jember, KH Muhyiddin Abdusshomad juga mengomentari peristiwa tersebut. Komentar pengasuh Pondok Pesantren Nuris, Antirogo, Jember yang berdurasi 1,28 detik itu sudah diunggah di youtube dengan judul Pernyataan Sikap KH Muhyiddin Abdusshomad atas Pembakaan Bendera oleh Banser di Garut.
Dalam video itu, Kiai Muhyiddin menegaskan bahwa tidak mungkin anggota Banser menghina agamnya sendiri dengan membakar simbol tauhid, misalnya. Karenanya, ia berharap agar masyarakat mempercayakan kasus tersebut kepad pihak ayng berwajib.
“Yugas kita adalah menjaga ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah. Keamanan, ketenteraman dan kedamaian adaah idaman kita bersama,” jelasnya (Red: Aryudi AR).