Arti penting media komunikasi saat ini memang tidak bisa diabaikan, para generasi milenial harus benar-benar siap dengan perubahan yang ada. Para generasi penerus tongkat estafet peradaban dunia khususnya para santri harus diberikan bekal, dilatih dan diberi pengetahuan yang memadai tentang jurnalisme. Hal ini agar di samping mengasah potensi kepenulisan, juga dapat berlaku secara bijak dalam menyikapi seluruh khazanah permediaan yang akhir-akhir ini dirasa sangat memprihatinkan akibat ulah oknum-oknum tidak bertanggungjawab dengan memberikan berita palsu yang pada akhirnya dapat merusak dan memecah belah bangsa atas nama sesuatu yang tidak jelas.
Hal ini diungkapkan salah satu pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Gunung Terang Sukadana Lampung Timur, Rohmatul Izad disela-sela mendampingi para santri putrinya berpartisipasi pada pelatihan jurnalistik bagi para santri putri di Pondok Pesantren Darul Quran Brajaharjosari Kecamatan Brajaselebah Lampung Timur, Jumat (30/3).
Ia menyambut positif kegiatan pelatihan jurnalistik tersebut karena mampu menjadi kawah candra dimuka para santri guna mengasah kemampuan mereka dalam mengembangkan kemampuan menulis sekaligus bersinergi dalam melakukan dakwah yang strategis. Ia juga menilai pelatihan ini sangat kontekstual sesuai dengan perkembangan zaman.
“Zaman telah berubah, kita selalu dituntut untuk mengikuti zaman, akan tetapi jangan sampai kita terbawa oleh zaman. Dengan demikian, adalah sesuatu yang penting bagi generasi penerus, untuk terlibat secara aktif dalam mengembangkan dan menyebarluaskan ajaran Islam sesuai dengan kondisi keindonesiaan yang ramah, toleran dan mencintai perdamaian. Melalui cara-cara inilah Islam dapat menjadi agama yang rahmatan lil alamin,” katanya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pengetahuan agama saja saat ini menurutnya tidak cukup. Seseorang harus mampu melakukan integrasi dan interkoneksi (penggabungan satu sama lain) antara khazanah keilmuan agama dengan ilmu pengetahuan modern. Hal ini dilakukan bukan hanya atas dasar kebutuhan, tetapi juga tantangan zaman sudah sama sekali berubah.
“Melalui media massa, kita dapat menyebarluaskan ajaran Islam melalui mediasi dakwah yang merupakan kewajiban bagi setiap pribadi muslim. Mereka yang sudah terlatih, tidak hanya dapat menyebarluaskan ajaran Islam melalui media, tetapi juga dapat bersikap secara kritis terhadap perubahan yang ada, di samping maraknya perkembangan aliran-aliran yang berujung pada radikalisme dan kekerasan. Fenomana ini harus benar-benar dicegah agar generasi bangsa tidak diracuni oleh ajaran-ajaran yang tidak jelas titik perjuangannya dan sangat buram asal-usulnya,” tegasnya.
Dengan instrumen media lanjutnya, masyarakat dan para santri dapat mengkampanyekan ajaran Islam yang santun, mengedepankan cinta-kasih, keadilan, perdamaian antar sesama dan menjadi rahmat bagi alam semesta. Islam harus diajarkan dengan cara-cara yang santun. Tidaklah mungkin di negara yang begitu damai dan toleran ini, mengajarkan Islam tentang kekerasan dan jihadisme yang ekstrem.
“Ajaran Islam yang didakwahkan harus searah dengan semangat nasionalisme, keindonesiaan, dan melihat keragaman sebagai bagian dari rahmat Allah. Hanya melalui inilah, kita dapat berislam secara kaffah (menyeluruh), meliputi semuanya dan umat-umat yang lain akan melihat Islam sebagai agama yang cinta damai dan penuh toleran. Itulah mediasi dakwah yang sesungguhnya, yakni mengajak dengan penuh suka rela dan bukan pemaksaan yang berujung pada teror dan kekerasan, lebih-lebih atas nama agama,” pungkasnya. (Red: Muhammad Faizin)