Nasional

Panduan Shalat Idul Adha: dari Niat, Bacaan di Antara Takbir, hingga Salam

NU Online  ·  Rabu, 4 Juni 2025 | 14:00 WIB

Panduan Shalat Idul Adha: dari Niat, Bacaan di Antara Takbir, hingga Salam

Shalat Idul Adha di Jakarta tahun 2024 (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online 

Umat Islam Indonesia bakal merayakan hari raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1446 Hijriah pada Jumat (6/6/2024). Di hari tersebut, umat Islam disunnahkan melaksanakan shalat Idul Adha secara berjamaah, baik di masjid, mushala, di tempat terbuka, atau tempat-tempat yang nyaman untuk digunakan mengerjakan shalat Idul Adha.


"Shalat id dilaksanakan dua rakaat secara berjamaah dan terdapat khutbah setelahnya. Namun, bila terlambat datang atau mengalami halangan lain, boleh dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid) di rumah ketimbang tidak sama sekali," tulis Ustadz H Mahbib Khoiron dalam artikelnya berjudul Tata Cara Shalat Idul Adha yang dikutip NU Online pada Rabu (4/6/2025)


Berbeda dengan shalat pada umumnya, shalat Idul Adha tidak didahului dengan azan maupun iqamah. Begitu juga dengan niat dan anjuran takbir juga berbeda.


Shalat Idul Adha dianjurkan dilaksanakan pada awal waktu setelah matahari terbit. Hal ini dimaksudkan agar memberi kesempatan yang luas kepada masyarakat yang hendak berkurban setelah shalat Idul Adha. Sementara batas akhir shalat Idul Adha adalah sebelum waktu Zuhur tiba pada hari yang sama, 10 Dzulhijjah.


Ustadz Mahbib kemudian membeberkan tata cara shalat Idul Adha dengan mengutip keterangan dari kitab Fashalatan karya Syekh KHR Asnawi, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama asal Kudus.


1. Niat shalat Idul Adha

Niat shalat Idul Adha jika dilafalkan akan berbunyi “Ushallî ​sunnatan li ‘îdil adlhâ rak'taini” kalau dilaksanakan sendirian. Ditambah “imâman” kalau menjadi imam, dan “makmûman” kalau menjadi makmum. 


أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَـــالَى


Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”


2. Takbir

Setelah membaca doa iftitah, takbir lagi hingga tujuh kali untuk rakaat pertama. Di antara takbir-takbir itu dianjurkan membaca:


 اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا


Artinya: “Allah Mahabesar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Mahasuci Allah, baik waktu pagi dan petang.”


Atau boleh juga membaca:


 سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ


Artinya, “Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Mahabesar.”


3. Membaca Surat al-Fatihah

Setelah melaksanakan takbir itu, dianjurkan membaca Surat al-A'lâ. Berlanjut ke ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa. 


4. Melanjutkan rakaat kedua

Dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak lima kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan “Allâhu Akbar” seperti sebelumnya. Di antara takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua. Usai membaca Surat al-Fatihah, pada rakaat kedua ini dianjurkan membaca Surat al-Ghâsyiyah. Berlanjut ke ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.


5. Menyimak khutbah

Setelah salam, jamaah tak disarankan buru-buru pulang, melainkan mendengarkan khutbah Idul Adha terlebih dahulu hingga selesai. Hal demikian dikecualikan bila shalat id ditunaikan tidak secara berjamaah.