Nasional

Tak Puas Jadi Juara Internasional, Siap Lahirkan Kaligrafer Andal

NU Online  ·  Jumat, 25 Juli 2025 | 09:00 WIB

Tak Puas Jadi Juara Internasional, Siap Lahirkan Kaligrafer Andal

Achmad Jalaluddin menerima penghargaan sebagai juara harapan dalam Kompetisi Kaligrafi Internasional Ke-13 yang digelar IRCICA dalam kategori diwani jali, di Gedung PBNU, Jakarta, pada Senin (21/7/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Achmad Jalaluddin sudah menorehkan berbagai prestasi internasional dalam bidang kaligrafi. Karyanya pernah dipamerkan di Uni Emirat Arab. Namanya tercatat pernah menjuarai berbagai kompetisi di Kanada, Irak, hingga Turki.



Prestasi terbarunya menjadi juara harapan dalam Kompetisi Kaligrafi Internasional Ke-13 didedikasikan untuk M Abdul Aziz Al-Rifai yang digelar IRCICA dalam kategori diwani jali. Ia menerima penghargaan secara langsung di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Senin (21/7/2025) lalu.


Meskipun sudah berulang kali menjadi juara internasional, Jalaluddin tak merasa puas dengan prestasinya. Ya, ia memang belum mencicipi juara pertama dalam ajang internasional yang digelar lembaga yang berkantor di Turki itu.


"Mungkin iya (belum juara 1). Di khat yang sama bisa. Tapi (target berikutnya) bukan di lomba," ujarnya.


Lomba itu memang spesial baginya. Sebab, ia bisa banyak belajar dengan gurunya dan mempelajari karya kaligrafer lainnya. Sebab, kaligrafi itu harus paham konsep lombanya.


Namun, lebih dari itu, sebagai seorang yang pernah berkecimpung di dunia akademik, ia ingin juga mencurahkan energinya dalam mengedukasi masyarakat akan kesenian yang ia geluti itu.


Membuka pesantren kaligrafi menjadi satu cita penting yang ingin segera ia wujudkan. Dalam mengarah ke sana, ia telah membuka kelas kaligrafi secara daring. Hal itu dilakukannya melalui koreksian atas karya yang dikirim melalui email kepadanya. Pun kelas daring audio visual melalui siaran langsung yang disimak peserta kelasnya.


Tidak hanya itu, ia juga menaruh cita dapat mengembangkan literasi kaligrafi untuk publik. Dengan begitu, bukan saja keindahan karyanya yang bisa dinikmati, tetapi juga kandungan nilai dan filosofi hingga sejarahnya juga dapat dikenal. Setidaknya, ada tiga aspek yang ia ingin dapat menulis, yakni sejarah, filosofi, dan metodologinya.


"Nah, tiga ini perlu dibukukan. Perlu diartikelkan. Perlu dikumpulkan lembaran lembarannya," ujar pria kelahiran Tangerang, Banten yang kini tinggal di Surabaya, Jawa Timur itu.


Sisi edukasi juga penting untuk dilakukan melalui media sosial. Karenanya, ia juga kerap mengajak rekanannya para kaligrafer untuk membuat konten-konten saat mereka berkarya. Hal ini bagian dari upaya untuk mengenalkan kaligrafi kepada publik untuk mencapai citanya melahirkan kaligrafer andal di masa yang akan datang.


"Kebahagiaan guru kan melihat muridnya sukses," katanya.
 

​
Karya Achmad Jalaluddin dalam kompetisi kaligrafi internasional ke-13 yang digelar IRCICA. 


Jalaluddin mengaku lebih menyukai jenis khat naskhi daripada lainnya. Bukan saja karena khat ini mudah dibaca, tetapi ada rasa yang tidak bisa dijelaskan kata-kata saat menuliskannya.


"Dalam proses penyusunan enak kayak berirama. Feeling nulisnya enak," ujar pria yang menamatkan studi sarjana dan masternya pada jurusan hukum ekonomi syariah Universitas Darussalam Gontor itu.


Dalam berkarya, ia tidak saja melakukannya di rumahnya. Untuk mendapatkan gairah dan semangat berkarya, terkadang ia menyelesaikannya di kafe.


"Ingin mencari suasana baru. Dan bau kopi itu menyegarkan," pungkasnya.