Daerah

Perempuan Pegang Peran Penting dalam Perjuangan NU

Senin, 8 April 2019 | 10:30 WIB

Perempuan Pegang Peran Penting dalam Perjuangan NU

Harlah ke-73 Muslimat NU di Mimika dimeriahkan dengan pemotongan tumpeng.

Mimika, NU Online
Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa perempuan memiliki peran demikian penting dalam segala hal, termasuk dakwah. Bahkan dalam sebuah hadis dikemukakan bahwa perempuan tiang agama.

Terkait pentingnya kiprah perempuan tersebut disampaikan Kiai Choirul Anam ketika menyampaikan ceramah pada hari lahir ke-73 Muslimat NU dan Isra’ Mi’raj 1440. Kegiatan berlangsung  di lapangan Jayanti, Sempan, Mimika, Papua, Ahad (7/4).

Dengan menjelaskan kitab Al-Busyra karya Syaikh Muhammad bin Alwi Al-Maliki diterangkan suatu ketika Siti Khadijah jatuh sakit dan berkata kepada Rasulullah bahwa sekarang dirinya tidak memiliki apa-apa lagi.  “Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini,” kata Khadijah. 

Selanjutnya, Khadijah mengemukakan sandainya dirinya telah mati sedangkan perjuangan Nabi Muhammad belum selesai, kemudian hendak menyebrangi sebuah lautan maupun sungai dan tidak menemukan satu perahu pun ataupun jambatan, maka dipersilakan mengggali liang lahatnya.

“Engkau gali kuburku, kemudian ambillah tulang belulangku. Engkau jadikan jembatan sebagai jalan menyeberangi sungai itu untuk menemui umatmu," ungkap Kiai Choirul Anam menirukan perkataan Siti Khadijah. 

Menurut Ketua Pengurus Cabang Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama Mimika ini, kisah yang disampaikan tersebut menjadi inspirasi Nyai Chodijah Dahlan, Ketua Muslimat NU pertama. “Bahwa betapa peran vital perempuan dan pengorbananya untuk dakwah,” jelasnya. 

Dalam pandangannya, sosok seperti Nyai Chodijah Dahlan tidak butuh posisi struktural untuk berjuang menyadarkan peran sentral perempuan dalam NU. “Jika NU dan Muslimat NU tidak bertemu dan bergandengan tangan, tidak mungkin bisa melahirkan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama, Fatayat NU dan Ansor,” tandasnya. 

Pada kesempatan tersebut Kiai Choirul Anam berpesan kepada jamaah Muslimat NU yang hadir. "Bapak dan ibu harus bersatu jika NU ingin sukses. Struktural atau kultural tidak penting, yang justru lebih penting berjuang untuk NU. Kalau tidak ada ibu-ibu tidak ada makanan. Tidak ada tumpeng, tanpa kopi, serta tidak ada konsumsi. Dan ini peran vital sekali," urainya.

Acara dihadiri Hj Pegi Patricia Patipy, anggota DPR RI, kepolisian, Danramil 1710-02 Timika, Teguh Heru, PLT PCNU Mimika H Iribaram, Wakil Ketua PCNU Mimika Sugiarso. 

Tampak pula sesepuh Paguyuban Lamongan, Iswahab, H Syamsul, Osela, Hasan, Hariyanto serta para ustadz dan ustadzah.

Kegiatan ditutup potong tumpeng oleh empat pihak sebagai simbol syukuran harlah Muslimat NU. Ustadz H Fadlan memotong tumpeng diberikan kepada Danramil 1710-02 Kapten inf Heru. Sedangkan Ustadz Hasyim Asy'ari memberikan tumpeng kepada Iptu Dahlan, Wakil Ketua PCNU Mimika Sugiarso kepada PLT Ketua PCNU Mimika, serta ustadzah Hj Asmawati memberikan tumpeng kepada Hj Pegi. (Ibnu Nawawi)


Terkait