Pati, NU Online
Dalam rangka peringatan harilahir Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama atau IPNU dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama, Pengurus Anak Cabang Kecamatan Gunungwungkal, Pati, Jawa Tengah mengadakan berbagai acara. Salah satunya di Ranting Desa Jrahi, Gunungwungkal, Jumat (8/3).
Desa Jrahi, merupakan desa paling atas di Gunungwungkal karena letaknya berada di lereng pegunungan Muria. Desa ini juga menjadi miniatur potret kehidupan agama di Indonesia, pasalnya ada tiga agama besar yang ada yakni, Islam, Kristen, Budha dan ditambah dengan aliran kepercayaan. Bahkan ada beberapa bangunan suci saling berhadapan, termasuk bangunan suci umat Budha terbesar di Jawa Tengah, Wihara Sadhagiri.
Meskipun begitu, kehidupan sosial toleransi agama didesa ini terjalin sangat erat. Mereka tidak memandang agama sebagai perbedaan, melainkan sebagai karunia. “Agama merupakan sebuah kepercayaan, jadi setiap individu mempunyai hak untuk memilih kepercayaan yang dianutnya” kata Susilowati, anggota Karang Taruna Desa Jrahi.
Ketika ada rencana peringatan Harlah IPNU-IPPNU akan dilakukan di Desa Jrahi, sejumlah pemuda dan pemudi dalam wadah karang taruna berkumpul. Membahas kegiatan yang akan dilakukan, mulai dari kepanitian sampai kegiatan dari awal sampai akhir.
Kegiatan ini didukung berbagai pihak di Desa Jrahi dari mulai TBM Sanggar Winasis, Muslimat NU, Fatayat NU, Ansor, jamaah tahlil, karang taruna, GLBP, media Jrahi sakpore dan tentunya pemerintah Desa Jrahi. Mereka memberikan sarana dan tempat serta bimbingan dalam pelaksanaan kegiatan.
Adapun lomba dalam Peringatan Harlah IPNU IPPNU ke 65 se-kecamatan Gunungwungkal meliputi. tartil Al-Qur'an kategori SD/MI, mewarnai kategori TK-PAUD, serta mewarnai kategori SD/MI.
“Lomba dilakukan untuk merangsang tumbuhnya semangat anak agar secara mandiri sadar untuk terus berkarya dan berinovasi,” kata Kabul Budi Santiko. Dengan pengadaan lomba seperti ini nantinya para peserta akan memperoleh bekal, minimal kepercayaan diri dan keberanian untuk tampil. Serta menunjukan prestasi yang dimiliki, lanjut ketua panitia ini.
Undangan menyebar di lingkup Gunungwungkal dan beberapa wilayah lain. Dan akhirnya peserta yang mendaftar mencapai 130 peserta. “Mereka mewakili dari ranting masing-masing desa dan ada beberapa dari luar wilayah Gunungwungkal pun turut serta mendaftar,” ungkapnya.
Kegiatan ini mengambil tema Pelajar sebagai Agen Kualitas Keilmuan. “Maksudnya memberikan penekanan bahwa IPNU dan IPPNU merupakan organisasi pelajar sehingga sebisa mungkin harus mampu mengambil peran dalam kegiatan pendidikan" tuturnya.
Yang menarik, ketika para remaja ikut menjadi panitia ternyata bukan dari remaja Islam saja, melainkan banyak remaja dari agama lain. “Sungguh pemandangan yang sangat indah, melihat kesinambungan dan keberagaman menjadikan sebuah warna yang indah. Tidak ada celah yang membedakan di antara mereka, keberagaman merupakan sebuah anugrah,” ungkapnya.
Bayangkan saja warna, ada yang merah, ada yang putih, hijau, kuning, biru. “Kalau kita jejer akan muncul warna pelangi, indah,” kata Susilowati.
Ada kejadian menarik ketika karpet alas duduk basah karena kehujanan sehingga tidak dapat ditempati. Ternyata remaja Kristen berinisiatif mengambil dan mengantarkan kursi yang ada di gereja ke lokasi. Tujuannya agar lokasi yang basah masih dapat ditempati hadirin.
“Seperti inilah potret kehidupan beragama di desa kami, toleransi masih terjaga dengan baik,” pungkasnya. (Hasan Udin/Ibnu Nawawi)