Kian Mengkhawatirkan, Deepfake Jadi Kejahatan Siber yang Naik hingga 1550 Persen
NU Online · Ahad, 24 Agustus 2025 | 08:00 WIB
Jakarta Pusat, NU Online Jakarta
Masyarakat digegerkan dengan video viral yang memperlihatkan Sri Mulyani mengatakan guru sebagai beban negara. Pihak yang berwenang kemudian mengungkapkan bahwa video tersebut merupakan hasil kejahilan teknologi kecerdasan buatan (AI) deepfake.
Data menunjukkan bahwa kasus penipuan deepfake di Indonesia mengalami lonjakan sebesar 1550 persen antara tahun 2022 dan 2023. Presiden Prabowo Subianto dan Presiden sebelumnya Joko Widodo juga menjadi korban teknologi ini.
Para ahli menjelaskan bahwa deepfake merupakan sebuah jenis teknologi AI (artificial intelligence) yang berupa video, gambar, dan audio untuk menciptakan output manipulasi yang kegiatannya terlihat riil tetapi sebenarnya adalah palsu. Kemunculan kecerdasan buatan ini membuat orang semakin resah apabila video maupun audio mereka disalahgunakan yang nantinya akan berdampak negatif terkait informasi pribadi.
Peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkap bahaya dari teknologi deepfake ini. Azizatuz Zahro dkk dalam penelitian berjudul "Dampak Penyalahgunaan Deepfake dalam Memanipulasi Visual: Menguak Potensi Infopocalypse di Era Post Truth Terhadap Asumsi Masyarakat pada Media Massa" menyebut deepfake telah menjadi bagian dari kejahatan siber.
Tingginya angka hoaks di Indonesia menjadi pertanda bahwa hal tersebut merupakan salah satu pertanda era post-truth. Era post-truth terlihat dengan hilangnya batas antara kebenaran dan kebohongan, fakta objektif terkaburkan, dan hoaks dianggap sebagai kebenaran.
Kecenderungan masyarakat untuk memahami informasi yang diterimanya hanya secara sepotong dan gegabah yang membuat tersebarnya informasi akan memengaruhi opini masyarakat sehingga informasi yang tidak benar justru dianggap yang paling benar.
Dosen Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (UNAIR) Aziz Fajar memaparkan cara kerja deepfake dalam memanipulasi gambar. Dia menjelaskan bahwa deepfake merupakan salah satu aplikasi dari model AI yang kerap digunakan untuk mengubah piksel pada gambar.
"Dengan mengubah nilai piksel pada gambar, maka gambar hasil modifikasi akan berbeda dengan gambar aslinya," katanya dikutip NU Online Jakarta dari laman UNAIR pada Kamis, (21/8/2025).
Dosen program studi sains data itu mengungkapkan kemampuan aplikasi AI dalam mengubah tampilan wajah. Dia menyampaikan bahwa aplikasi AI tersebut pun mampu mengubah tampilan wajah sehingga banyak disalahgunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
"Deepfake dapat digunakan untuk mengubah wajah seseorang. Sehingga dapat dimungkinkan pembuatan video atau gambar hoaks. Padahal, orang yang menjadi korban tidak pernah melakukannya," tuturnya.
Selengkapnya klik di sini.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
4
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
5
Prabowo Minta Proses Hukum Berjalan Sepenuhnya untuk Wamenaker yang Kena OTT KPK
6
Pemerintah Berencana Tambah Utang Rp781,9 Triliun, tapi Abaikan Efisiensi Anggaran
Terkini
Lihat Semua