Daerah

Saat Manaqib Menggema di Sekolah

Senin, 18 Desember 2017 | 11:30 WIB

Demak, NU Online
Sekolah sedang libur karena pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) baru saja purna. Tetapi puluhan guru Madrasah
Aliyah Futuhiyyah (MAF) 2 Mranggen Demak tetap berangkat pada Ahad (10/12). 

Mereka duduk bersama di ruang guru membacakan kitab Nurul Burhany. Kitab tersebut berisi manaqib Syeikh Abdul Qodir Al-Jailany yang dianggit oleh salah satu pendiri Pondok Pesantren Futuhiyah yang juga mursyid Tarekat Qodiriyah Wanaqsyabandiyah, KH Muslih bin Abdurrohman.

Dipimpin oleh Kiai Rochimin, pembacaan manaqib berlangsung dengan khidmat. 

“Pembacaan manaqib ini sudah menjadi tradisi di Futuhiyyah,” ucap Muhammad Choeron, salah satu guru MAF 2.

Seperti jamak diketahui, pembacaan manaqib memang sudah menjadi tradisi yang mengakar kuat di pesantren. 

“Manaqib itu pada intinya adalah kisah hidup orang-orang shaleh,” ungkap Choeron. 

Meski demikian, lanjut Choeron, pembacaan manaqib tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. 

“Pembacaan manaqib harus dipimpin oleh orang yang sudah mendapat ijazah,” ujarnya.

Sebelum pembacaan manaqib, terlebih dahulu dibacakan tahlil dan burdah. Tahlil dipimpin oleh Kiai Ahmad Dliyauddin.

Selain melestarikan tradisi, pembacaan manaqib juga dalam rangka tasyakuran sekolah atas perolehan hasil akreditasi. 

“Alhamdulillah sekolah kita kembali terakreditasi A (unggul). Kami ucapkan terima kasih kepada Yayasan Futuhiyyah, masyarakat, wali murid, dan semua civitas akademika MAF 2,” ucap KH Helmi Wafa selaku kepala madrasah. (Moh Salapudin/Kendi Setiawan)


Terkait