Sakadau, NU Online
Setidaknya 25 pendaki dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Pontianak, berhasil menaklukkan puncak Mentatajam, Bukit Bongku, Nangap Mahap, Sekadau, Kalimantan Barat.
Mereka yang disebut dengan sahabat alam pergerakan tersebut pulang dengan selamat dari pendakian sejak Ahad hingga Selasa (23-25/12). Kala berada di Mentatajam, tepat pukul 17:00 WITA pada Senin (24/12), bendera PMII tertancap di atas puncak.
“Sahabat alam pergerakan merupakan salah satu pos dari PMII Pontianak Raya yang sudah beberapa bulan ini gencar melakukan kegiatan travelling ke beberapa wilayah di Kalimantan Barat,” kata Syarif Hidayatullah, Kamis (27/12).
Sebelumnya, sahabat alam pergerakan ini sempat menjelajahi Bukit Bahu di Kabupaten Sanggau dengan destinasi pemandangan yang indah. Hal tersebut semakin menumbuhkan semangat para kader untuk terus menjelajah keindahan alam lain. “Sebagai bentuk syukur bahwa Indonesia punya aset yang mesti dijaga,” jelasnya.
Syarif Hidayatullah menuturkan bahwa kegiatan ini benar-benar menumbuhkan sikap solidaritas antarkader dalam menaklukan puncak Bongku.
“Juga kerja sama dalam tim bisa kita temukan saat pendakian. Kepedulian terhadap lingkungan tidak hanya pada destinasi bukit dan pantai, melainkan juga melakukan peduli lingkungan dengan beberapa cagar alam yang ada di Kota Pontianak,” ungkapnya.
Komitmen kader dibentuk dengan kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar. “Pendakian ini juga menambah wawasan kader PMII sendiri tentang alam dan isinya yang mesti dijaga dengan baik,” katanya. Ada banyak binatang yang jarang ditemui di perkotaan membuka mindset kader bahwa melestarikan lingkungan sama halnya menjaga habitat hewan sebagai kekayaan Indonesia, lanjutnya.
"Bukit Bongku ini menjadi rekomendasi untuk para pecinta alam yang ada di luar sana, karena kami sangat puas dengan keindahan pemandangan yang tersaji di depan mata dan sangat berkesan,” kata Ajiz, salah seorang pendaki sahabat alam pergerakan.
Kesadaran menjaga lingkungan perlu dibentuk tidak hanya dalam tim, melainkan dimulai dari individu. “Kealamian alam yang belum terjamah mesin besar yang dapat merusak menjadi tanggung jawab bersama sebagai wasiat negara yang akan diberikan pada penerus bangsa,” tandasnya. (Lina/Ibnu Nawawi)