Sekolah Ma’arif NU se-Cirebon Siap Dirikan Komisariat IPNU-IPPNU
Selasa, 22 April 2014 | 04:01 WIB
Cirebon, NU Online
Puluhan kepala sekolah Ma’arif NU dan sekolah yang dikelola warga NU se-kabupaten Cirebon menandatangani nota kesepahaman dengan cabang IPNU dan IPPNU Cirebon, di STAI Bunga Bangsa Cirebon jalan Widasari III Tuparev, Cirebon, Ahad (20/4). Mereka sepakat mendirikan komisariat di sekolah masing-masing dan memberlakukan pengenaan logo pelajar NU pada pakaian seragam siswa.
<>
“Kehadiran komisariat IPPNU di sekolah sangat penting terutama di dalam membangun kader NU. Misalnya, ketika lulus dari sekolah, mereka tidak tergagap dan minder dalam mengamalkan amaliyah NU seperti tahlilan, barzanjian, sholawatan, dan lainnya,” kata Sekretaris PP IPPNU bidang Pembentukan Komisariat Wahyu Widiya dalam acara sosialisasi pendirian komisariat IPNU-IPPNU di Cirebon.
Beda sekali dengan para pelajar sekolah meskipun dikelola oleh LP Maarif NU dan warga NU. Mereka cenderung lepas dari tradisi NU, tandas Widiya.
Kehadiran komisariat IPPNU di sekolah-sekolah, menurut Widiya, juga berfungsi mengembangkan potensi kepemimpinan para siswi mengingat OSIS kerap didominasi para siswa.
Sementara guru bidang Kesiswaan SMK Ma’arif NU Pangenan Muttaqin dalam forum itu meminta pengurus cabang untuk istiqomah membina komisariat-komisariat IPPNU di sekolah. Pasalnya, komisariat-komisariat itu pernah dibentuk di sekolahnya pada 2001 tetapi sebentar kemudian organisasi pelajar itu mati.
“Ini disebabkan lebih karena minimnya arahan, bimbingan, dan sapa dari pengurus cabang,” tegas Muttaqin.
Kemandekan dan tidak berkembangnya komisariat IPNU dan IPPNU di sekolah, kata Ketua PC IPPNU kabupaten Cirebon Putri Hidayani, lebih dikarenakan minusnya perhatian sekolah kepada komisariat.
“Pihak sekolah lebih mendukung kegiatan OSIS yang selanjutnya kurang fokus mendukung IPPNU di sekolah. Padahal jangkauan gerakan komisariat IPPNU lebih luas dan jauh ke depan. Karenanya, kita sepakat dengan Ma’arif NU untuk mengganti OSIS dengan komisariat di sekolah masing-masing,” terang Putri.
Padahal keberlangsungan komisariat IPNU dan IPPNU di sekolah, tegas Putri, bukan hanya tanggung jawab pembina maupun pengurus cabang tetapi juga sinergitas dari pihak sekolah. Sedangkan pengalaman yang sudah-sudah, pihak sekolah bersikap acuh terhadap kehadiran komisariat, imbuh Putri.
Ia menyebut proyek sukses kehadiran tunggal komisariat IPNU dan IPPNU tanpa OSIS pada sekolah-sekolah di bawah naungan YLPI Buntet Pesantren, SMPNU Gebang, serta MANU dan MtsNU Ambit Waled.
“Gerakan ini harus didukung terutama oleh pihak sekolah. Di sekolah kami Mts NU Putra I Buntet Pesantren, hanya ada komisariat IPNU. Kita hanya mengadakan komisariat IPNU di sekolah agar semua pelajar sadar bahwa mereka itu IPNU. Kalau ada OSIS dan komisariat IPNU, justru menjadi rancu. Karenanya, kita mendukung penghapusan OSIS,” kata guru pembina IPNU di MtsNU Buntet.
“Kemenag dan Kemendiknas kabupaten Cirebon sangat mendukung gerakan penggantian OSIS menjadi komisariat IPNU dan IPPNU terutama di sekolah Maarif NU dan sekolah yang dikelola warga NU,” tandas Putri di mana sepekan sebelumnya mengadakan pertemuan dengan Kasi Bidang Madrasah Sofiyuddin. (Alhafiz K)