Daerah

Terima Jaket Banser, Ini Ekspresi Gus Haidar Parakan

Sabtu, 28 Oktober 2017 | 14:30 WIB

Terima Jaket Banser, Ini Ekspresi Gus Haidar Parakan

Penyematan jaket Banser kepada Pengasuh Pesantren Kiai Parak Bambu Runcing, KH Haidar Muhaiminan (tengah), Sabtu (28/10)

Temanggung, NU Online
Pengasuh Pesantren Kiai Parak Bambu Runcing, Parakan, Kabupaten Temanggung, KH Haidar Muhaiminan, terlihat sumringah ketika mendapatkan jaket Banser yang disematkan oleh Wakil Ketua PP GP Ansor Ahmad Fairuz.

Pasalnya, ia yang pernah menjadi Kasatkorcab Banser Kabupaten Temanggung selama dua periode yakni di tahun 1996-2001, ternyata hingga kini belum sempat memiliki jaket kebanggaan para personel Benteng Ulama tersebut.

Perihal belum sempat memiliki jakter Banser, diungkapkan sendiri oleh Gus Haidar ketika menghadiri pembukaan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) pra Konferensi Wilayah (Konferwil) PW GP Ansor Jateng, di Pesantren Kiai Parak Bambu Runcing, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Sabtu (28/10).


"Saya selama dua periode sebagai Kasatkorcab Temanggung baru kali ini diwujudkan dan diberikan (jaket Banser). Saya pulang dari pesantren tidak ikut Diklat langsung diangkat jadi Komandan Banser. Untungnya di pesantren diajarkan baris berbaris. Dan saya nggak punya seragam Banser," ungkapnya.

Sebenarnya, lanjut Gus Haidar, dahulu pernah ada pihak yang menyumbangkan seragam Banser ke Satkorcab Temanggung. Namun, dari sekitar 50 setel, tak satu pun ada yang pas di badannya. Akhirnya seragam tersebut diserahkannya ke para anggota Banser Temanggung.

Ia juga mengungkap pengalaman unik ketika menjabat sebagai Kasatkorcab. Misalnya, dalam sebuah apel, jika para pasukannya mengenakan seragam Banser lengkap dengan aksesorisnya, dirinya hanya mengenakan sarung, kemeja putih, peci, dan surban.

"Itu hanya satu-satunya di Indonesia, inspektur upacara pakai sarung, baju putih, dan peci serta surban hanya di Temanggung. Alhamddulillah saya dapat jaket Banser, mudah-mudahan apa yang saya pakai ini bisa memberikan semangat pada sahabat-sahabat untuk berdakwah lewat banser," ujarnya.

Gus Haidar berpesan kepada semua kader Ansor dan Banser, ketika sudah bergabung dengan Ansor-Banser, jangan mengharapkan imbalan. Anggota Ansor-Banser harus mendalami filosofi bahwa siapa yang menghidupi Ansor-Banser, nantinya akan mendapatkan balasan di kemudian hari.

"Alhamdulillah selama dua periode, hidup saya untuk Banser dan sekarang saya dihidupi oleh Allah melalui Ansor dan Banser," lanjutnya.

Terkait penyelenggaraan Rakerwil di Ponpes Kyai Parak Bambu Runcing, Gus Haidar merasa  hal itu sebagai kehormatan, lantaran kegiatan  tersebut dihadiri para pejabat atau petinggi Ansor dan Banser di Jawa Tengah.

"Saya dulu ketika masih muda, sering melakukan pertemuan-pertemuan di hotel. Cuma ketika pulang dapat amplop, rasanya gimana gitu. Maka usulan pada NU, kita harus kembali lagi gelar pertemuan-pertemuan di pesantren, dengan hadirnya Anda semua di sini insyaallah diridloi para masyayikh," katanya.

Sekretaris PW GP Ansor Jateng, Sholahudin Aly mengatakan, Ansor lahir di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Di Pesantren Bambu Runcing pula, menjadi salah satu pusat penggemblengan pejuang kemerdekaan melawan penjajah dengan suwukan bambu runcingnya.

"Sehingga pejuang tidak ada takut melawan penjajah. Saya juga yakin para pejuang yang dapat suwuk itu adalah juga sahabat Ansor," katanya.

Perwakilan PP GP Ansor, Ulil Arham yang hadir dalam Rakerwil itu mengutarakan, penyematan jaket Banser pada Gus Haidar merupakan bentuk penghormatan, agar Gus Haidar tetap menjadi simbol bagi semangat perjuangan para kader banser.

"Ini membuktikan Banser nggak ada pensiunnya, contohnya Gus Haidar," katanya. (Red: Kendi Setiawan)


Terkait