Daerah

Tradisi Kapal Hias Pengantin Haji

Selasa, 1 Oktober 2013 | 22:08 WIB

Probolinggo, NU Online
Salah satu momentum yang patut ditunggu di Desa Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo adalah saat musim haji. Pasalnya, jamaah haji dari pulau tersebut diantar menuju lokasi pemberangkatan dengan menggunakan kapal hias.<>

Dari 9 jamah dari pulau di utara Probolinggo itu masing-masing diantar 3 hingga 4 kapal. Sebanyak 21 kapal melaju dengan kecepatan lambat dari arah Pulau Gili menuju Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo. Dari kejauhan, kapal-kapal yang biasanya mengangkut penumpang itu terlihat semarak dan diliputi berbagai macam warna.

Benar saja, begitu bersandar di pelabuhan, hiasan berupa kertas kaligrafi warna-warni terlihat mencolok. Lantunan shalawat sahut menyahut mengiringi turunnya jamaah haji dari perahu. Masing-masing jamaah haji diantarkan hingga ratusan pendamping. Mereka sengaja datang untuk mengantar sanak dan saudara yang hendak menunaikan ibadah haji demi mendapat barokah. Dan berharap tertular untuk bisa naik haji di tahun-tahun berikutnya.

Kepala Desa Gili Ketapang Suparyono, kepada NU Online menuturkan, kegiatan tersebut sudah biasa terjadi. Sehingga sudah dipersiapkan seminggu sebelum berangkat. “Yang ikut dicatat dan masing-masing keluarga memberikan uang saku kepada jamaah,” jelasnya.

Mereka ikut untuk berdoa bersama dengan penuh kegembiraan sambil berharap semoga dapat barokah. Dari mengantar itu pula mereka berharap agar bisa juga sampai ke tanah suci. Sengaja kapal dihiasi sebagai ungkapan syukur atas berangkatnya jamaah haji.

Tidak hanya itu, bahkan pada hari itu, seluruh kapal yang ada di Pulau Gili juga tidak melaut. Hal itu dilakukan untuk menghormati dan menghargai mereka yang sedang menjalankan ibadah haji ke tanah suci.

Nah, yang menarik lagi, kapal yang digunakan untuk mengantarkan jamaah haji dipinjamkan secara gratis. Hiasan kapal itu pun dibuat secara gotong royong oleh masyarakat sekitar. “Intinya jamaah haji itu seperti kemanten. Mereka siap untuk berangkat dan semua persiapannya dilakukan kerabat dan tetangganya,” terangnya.

Direncanakan penyambutan itu tidak hanya pada pemberangkatan saja. Melainkan akan dilakukan kegiatan serupa saat jamah haji kembali ke Indonesia. Bahkan, akan lebih meriah. Biasanya pihak keluarga akan mempersiapkan kedatangan mereka dengan membuat acara beragam.

Mereka akan dibuatkan panggung untuk bercerita mengenai pengalaman mereka menunaikan ibadah haji selama di tanah suci. Selain itu mereka kemudian mendoakan kepada jamaah yang datang agar mereka juga bisa sampai ke tanah suci.

Selama ada di tanah suci, seluruh keluarga akan mendoakan dengan cara mengaji usai shalat Maghrib. Hal itu dilakukan selama empat puluh hari ke depan. “Akan dilakukan mulai nanti malam, sampai mereka sampai lagi ke tanah suci,” terangnya.

Meski jumlah jamaah haji tahun 2013 tidak sebanyak tahun lalu yang mencapai 22 orang. Namun, 9 calhaj asal desa itu masih terbanyak jika dibandingkan dengan desa lain se-Kabupaten Probolinggo.

“Dari Kantor Kemenag Kabupaten Probolinggo, Desa Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih tercatat terbanyak dengan peserta 9 jamaah. Semoga semuanya menjadi haji  yang mabrur,” jelasnya.

Bagi penduduk Desa Gili Ketapang, menjadi haji sudah menjadi cita-cita sejak kecil. “Semoga cita-cita itu muncul dari hati yang paling dalam, bukan untuk pamer,” ungkap lelaki yang naik haji pada tahun 2004 lalu.          

Taqwan (49 tahun) salah satu jamaah haji mengatakan, ia membawa 40 orang yang terdiri dari keluarga dan tetangga. Ia membatasi jumlah tetangga yang mau ikut mengantar. Tapi karena jumlah jamaah haji “hanya” sembilan orang. Sehingga yang mau ikut jauh lebih banyak jika dibandingkan tahun sebelumnya. (Syamsul Akbar/Anam)


Terkait