Jombang, NU Online
Peran mahasiswa demikian dominan bagi masa depan bangsa. Karenanya, membekali mereka dengan sejumlah pelatihan dan keterampilan adalah sebuah jawaban yang dapat diharapkan.
<>
Selama tiga hari (20-23/5), sejumlah aktivis di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang Jawa Timur melangsungkan Latihan Kepemimpinan Menejemen Mahasiswa Tingkat Menengah atau (LKM TM).
Para peserta adalah aktivis di fakultas maupun tingkat universitas di kampus yang berada di Pondok Pesantren Darul Ulum ini. “Kegiatan ini sebagai kaderisasi formal internal di kampus kami,” kata ketua panitia, Fikru Khasri kepada NU Online (23/5).
Setidaknya ada 70 peserta yang merupakan utusan dari sejumlah fakultas yakni Faultas Agama Islam, Ilmu Kesehatan, Bahasa dan Sastra, Teknik, MIPA, serta Ilmu Administrasi dan tingkat universitas.
“Para aktivis ini dibekali sejumlah teori kepemimpinan sehingga dapat dipraktikkan di lingkungan masing-masing,” katanya. Para pemateri didatangkan dari kampus ini serta juga menghadirkan sejumlah narasumber dari luar. “Prinsipnya kami ingin membekali para mahasiswa khususnya aktifis tentang makna dan manfaat dalam berorganisasi,” lanjutnya.
Dalam kesempatan berbeda, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa, Luthfi Riyadi menandaskan, selama ini kegiatan para aktivis masih dipandang sebelah mata. “Padahal tidak sedikit sumbangsih dari para aktivis dalam mengharumkan nama kampus di berbagai kegiatan,” katanya.
Karena itu dengan memahami arti penting kegiatan kemahasiswaan, maka para aktivis kian terpacu untuk memberikan kiprah terbaik bagi kampus. “Pada saat yang sama, kami juga mengharapkan ada perhatian lebih dari para pemangku kebijakan di kampus, agar para aktivis semakin terpacu” kata mahasiswa Fakultas Agama Islam ini.
Bagaimanapun juga, kiprah mereka saat masih menyandang sebagai mahasiswa maupun sarjana akan turur mewarnai kegiatan di masyarakat. “Jarang dijumpai mereka akan ditanya soal disiplin ilmu yang dikuasai,” terangnya. Yang justru menjadi perhatian masyarakat adalah bagaimana kiprah mahasiswa dan sarjana dalam mengembangkan sejumlah potensi yang ada di masyarakat. Dan ilmu yang mampu mengupas hal ini adalah kepemimpinan.
Bahkan dari pelatihan ini akan merekomendasikan agar kegiatan intra kampus dapat masuk dalam Satuan Kredit Semester atau SKS sebagai bagian dari prasyaratan untuk lulus sebagai sarjana. “Ini masih akan kami perjuangan dan semoga bisa diterima pihak rektorat,” ujar Luthfi. Sehingga dengan demikian para mahasiswa tida hanya berburu SKS untuk lulus, juga mengimbangi dengan kegiatan intra kemahasiswaan yang tersedia.
“Dengan demikian, kami berharap, akan ada perhatian dari kampus dan mahasiswa terhadap sejumlah organisasi mahasiswa di fakultas masing-masing maupun di level universitas,” ungkapnya. Bila hal itu bisa dilakukan, maka ketersediaan para kader pemimpin masa depan akan mudah didapat. (Syaifullah/Abdullah Alawi)