Suatu ketika Bupati Tegal bernama Enthus Susmono satu panggung dengan Habib Syech dalam peringatan Hari Santri pada tahun 2015 lalu.
Enthus yang juga jago ndalang ini bercerita ketika dirinya mengikuti sebuah kursus di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Ia mengikuti sebuah materi geopolitik global dan pasar bebas yang dibawakan oleh seorang tentara berstatus Jenderal.
Jenderal yang dimaksud Enthus tersebut memaparkan banyak materi terkait pertarungan geopolitik, khususnya di bidang ekonomi yang menyertai proses global tersebut.
“Jika rakyat Indonesia tidak bisa mengikuti perkembangan pasar bebas dan geopolitik global, maka akan banyak rakyat yang sengsara dan negara bisa hancur,” urai Enthus menirukan sang Jenderal.
Mendengar pemaparan tersebut, nalar kritis Enthus seketika terperanjat dan tunjuk jari untuk menanggapi poin penjelasan si Jenderal di tengah forum yang diikuti oleh banyak kepala daerah tersebut.
“Tunggu dulu,” sergah Enthus dalam ceritanya di panggung peringatan Hari Santri itu.
“Sampeyan kaya ora nduwe Tuhan bae (Anda seperti tidak punya Tuhan saja),” seloroh Enthus kepada sang Jenderal dengan logat ngapak-nya.
“Ulat Gendon saja yang hidupnya gak kelihatan di bawah tanah tiba-tiba kalau kita buka gemuk-gemuk kok,” jelasnya disambut tawa hadirin. Enthus ingin menegaskan bahwa mudah dan susahnya hidup manusia hanya Tuhan yang menentukan.
“Jenderal kok plonga-plongo (Jawa: ekspresi yang menunjukan tidak mengerti apa-apa),” ujar Enthus dibarengi tawa hadirin yang makin terpingkal-pingkal, tak terkecuali Habib Syech yang terlihat ikut ngakak. (Fathoni)