Ketimbang bicara, ia lebih sering marah-marah tanpa sebab yang jelas. Marah pun tak jelas siapa yang dituju. Pokoknya nyeri gigi, hebat luar biasa.
“Kalau ketemu dokter, aku akan sampaikan semua keluhan sakit gigiku yang tak tertahankan ini agar ia dapat memberi obat yang manjur,” kata si dungu.
“Kalau sakit gigi tuan sudah parah begitu, mana sanggup tuan banyak bicara,” jawab babunya yang lebih sehat baik lahir maupun mental. (Alhafiz K)
*) Dikutip dari Akhbarul Hamqa wal Mughaffalin (Hikayat Orang Dungu dan Orang Lalai) karya Inul Jauzi. Judul oleh pengutip.