Riyadh, NU Online
Presiden Komite Urusan Hubungan Masyarakat Saudi-Amerika (SAPRAC) Salman
Al-Ansari mengatakan, banyak orang kadang terkecoh dengan Ikhwanul Muslimin dan
menganggap mereka sekadar kekuatan oposisi atau gerakan politik.
"Padahal kenyataannya mereka adalah kelompok ideologis dan militan rahasia
yang mengilhami dan mendukung pemboman bunuh diri, menarget personel militer
dan warga sipil yang tak berdosa demi tujuan ideologis dan politik
mereka," katanya sebagaimana diwartakan Arab News, Senin (14/8).
Dia menyebut strategi global Ikhwanul Muslimin adalah mengambil alih dunia
muslim dan menyerukan "jihad" tanpa akhir terhadap tiap orang dan
bangsa yang berbeda haluan dengan mereka.
Al-Ansari mengatakan bahwa kelompok ekstremis ini tersusun dalam tiga lapis:
pertama, kepemimpinan; kedua, kader militan yang beroperasi secara rahasia di
bawah komando para pemimpin mereka; dan ketiga adalah ulama, penceramah, dan
para penyokong.
Karena kelompok ini sangat tertutup, tambahnya, seringkali para pengikut tiga
lapis tersebut tak mengetahui bahwa ada kesalahan di tingkat kepemimpinan dan
kader militan.
Al-Ansari mendorong Amerika Serikat (AS) untuk lebih sigap menghadapi kejahatan
Ikhwanul Muslimin. Ia menyampaikan, Arab Saudi, Mesir dan UEA menilai Ikhwanul
Muslimin sebagai kelompok teroris, dan AS harus mempertimbangkannya dan
menyatakannya sebagai organisasi teroris.
"Masalah dalam tatanan politik AS adalah bahwa mereka tidak mengetahui
dengan baik tentang bahaya dari agenda dan ideologi Ikhwanul Muslimin," tambahnya.
"Sangat penting untuk mengekspos taktik Ikhwanul Muslimin ke sekutu Barat
kita terutama ke AS."
Al-Ansari mengaku optimis pemerintah AS sedang melakukan sejumlah langkah
bersama untuk meninjau posisi kelompok ini.
Pemerintahan Trump tengah memikirkan sebuah tindakan, mulai berdiskusi
secara internal di Gedung Putih untuk menunjuk Ikhwanul Muslimin sebagai
organisasi teroris asing, seperti yang dilaporkan media AS. (Red: Mahbib)