Nasional

Bukan Sebab Tradisi dan Budaya, Ini Penyebab Datangnya Bencana

Jumat, 19 Oktober 2018 | 01:30 WIB

Bukan Sebab Tradisi dan Budaya, Ini Penyebab Datangnya Bencana

Tari Gandrung Sewu (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online
Sebagian kelompok menggunakan alasan banyaknya bencana yang saat ini menimpa sejumlah wilayah di Indonesia dengan perayaan tradisi dan budaya. Setelah terjadi perusakan properti sedekah laut di Pantai Baru, Bantul, Yogyakarta, kini penolakan terhadap tradisi Gandrung Sewu juga terjadi di Banyuwangi, Jawa Timur.

Salah satu ormas Islam di Banyuwangi yang melayangkan surat penolakannya menghubungkan perayaan tradisi gandrung Sewu dengan maraknya bencana yang akhir-akhir terjadi di Indoensia.

Terkait hal itu, Budayawan Zastrouw Al-Ngatawi menegaskan, sangat tidak tepat menghubungkan perayaan tradisi dan budaya sebagai penyebab terjadinya bencana.

“Sangat tidak tepat. Itu (penolakan tradisi Gandrung Sewu) adalah sikap picik dan sewenang-wenang,” ujar Zastrouw kepada NU Online, Jumat (19/10).

Menurut Ketua Lesbumi PBNU 2010-2015 ini, tradisi seperti itu sudah ada sejak zaman dulu dan hal itu justru menjadi bentuk penghormatan manusia pada alam dan wujud rasa syukur pada Yang Maha Kuasa.

“Bencana justru terjadi karena tindakan manusia yang tidak ramah pada alam dan tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan,” ungkap Zastrouw.

Sebelumnya, salah satu ormas DPW FPI Banyuwangi menolak digelarnya kegiatan Festival Gandrung Sewu 2018. FPI mengeluarkan surat pernyataan sikap yang tertuang dalam surat No. 0003/SK/DPW-FPI Banyuwangi/II/1440 tertanggal 11 Oktober 2018. 

Meski mendapat penolakan dari FPI, Festival Gandrung Sewu tetap akan digelar di Pantai Boom Banyuwangi, Sabtu (20/10) besok. Kegiatan ini sudah digelar tujuh kali di tempat yang sama. Sebanyak 1300 penari akan menarikan Gandrung, tarian khas Banyuwangi. (Fathoni)


Terkait