Nasional

Cara agar Tidak Termakan Hoaks di Jagat Maya

Kamis, 11 Oktober 2018 | 06:15 WIB

Cara agar Tidak Termakan Hoaks di Jagat Maya

Ilustrasi (ist)

Jakarta, NU Online
Berbagai macam, model, bentuk informasi serta berita yang membanjiri media sosial (medsos) mengharuskan warganet (netizen) cermat dan pandai mengonsumsi berita dan informasi. Hal ini dilakukan agar tidak termakan oleh isu hoaks yang setiap hari bertebaran di medsos.

Terkait itu, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa media sosial adalah hutan belantara berita dan informasi. “Di dalamnya, kita harus pandai memilah dan memilih,” ujar Jokowi dikutip NU Online, Kamis (11/10) lewat facebooknya, Presiden Joko Widodo.

Dalam proses memilah dan memilih tersebut, Presiden Jokowi menekankan mana yang substansi dan mana yang sekadar sensasi, mana yang asli dan mana yang palsu.

“(Mana yang) ujaran kebenaran dan kebencian, (mana yang) suara dan kegaduhan, (mana yang) voice dan noise,” imbuh Jokowi.

Usulan Hari Anti-Hoaks Nasional

Perihal maraknya hoaks di media sosial ini, beberapa waktu lalu usulan Hari Anti-Hoaks Nasional perlu diperingati karena kondisinya mengancam kehidupan kemanusiaan.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyatakan kesetujuannya agar tanggal 3 Oktober dijadikan sebagai hari anti-hoaks nasional. Menurutnya, hoaks itu fitnah yang bisa menghancurkan sebuah bangsa.

"Iya (setuju) hari anti-hoaks nasional. (Jika tidak) hancurlah bangsa ini," kata Kiai Said usai melakukan prosesi Peletakan Batu Pertama Pengembangan Kampus UNUSIA di Kemang, Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/10) lalu.

Alumnus Universitas Ummul Quro Mekkah itu mengatakan bahwa 15 abad yang lalu, Al-Qur'an dalam Surat Al-Qalam ayat 10-12 dan Surat Al-Baqarah ayat 217 telah menyatakan tentang bahaya fitnah.

"Ada di Al-Qur'an-nya juga. Ada 15 abad yang lalu," kata kiai kelahiran Kempek Cirebon, Jawa Barat itu.

Menurut Kiai Said dengan mengutip Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 217, fitnah itu lebih besar daripada pembunuhan. Pembunuhan, sambung Kiai Said, jelas pelaku dan kesalahannya. Sementara fitnah terjadi ketidakjelasan tentang pelaku (dalang), sumber, dan tujuannya.

"Loh iya dong (setuju), alfitnatu asyaddu minal qatl. Dampak fitnah (bisa) menghancurkan bangsa," jelas Kiai Said. (Fathoni)


Terkait