Nasional

Cerita Aktivis PMII Berjualan untuk Konsolidasi Organisasi

Kamis, 28 Februari 2019 | 02:30 WIB

Cerita Aktivis PMII Berjualan untuk Konsolidasi Organisasi

Stan-stan di arena Muspimnas PMII Boyolali, Jawa Tengah.

Boyolali, NU Online
Sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita istilah 'di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung'.  Istilah itu kerap dijadikan plesetan beberapa kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), menjadi 'di mana bumi dipijak di sana jajan dijunjung'. 

Di mana kader PMII berada dan berkunjung oleh-oleh atau jajanan harus didapatkan. Tampaknya itu pula yang melatarbelakangi panitia Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) PMII untuk menghadirkan stan-stan kuliner, aneka kerajinan tangan, cendera mata, dan oleh-oleh lainnya untuk ribuan kader PMII yang hadir di Muspimnas PMII 2019 di Asrama Haji Donohudan sejak Sabtu-Rabu, 23-27 Februari kemarin.

Arena Muspimnas tampak seperti pasar malam di Ibu Kota. Lalu-lalang pembeli seakan tidak pernah berhenti terutama saat malam hari.  Semua stand ramai kunjungan, ada yang membeli kaos, cendra mata dan kuliner.  

Inilah PMII,  sebagai organisasi mahasiswa yang memiliki jutaan kader dari Sabang sampai Merauke. Kreativitas seorang kader tidak ada batasnya.  Hampir 98 persen stand stand tersebut adalah milik kader PMII dari berbagai daerah. Mereka adalah mahasiswa PMII yang berani terjun ke dunia usaha sejak dini.  

Sejak rangkaian Muspimnas dilangsungkan beragam jajanan dan cendra mata ditampilkan, ada gelang, pulpen,  kaos, gantungan kunci, plakat, dan aneka jajanan buah karya kader.

Usaha yang ditampilkan di Muspimnas PMII ternyata bukanlah pertama. Kader PMII telah menekuni usaha-usaha itu sejak mereka bergabung dengan PMII melalui Masa Penerimaan Baru (Mapaba). Dengan modal seadanya dan penuh bimbingan senior di kampusnya para usahawan PMII tersebut berhasil membawa PMII menjadi organisasi yang peduli dengan ekonomi termasuk mengajarkan agar mahasiswa bisa hidup mandiri tanpa merepotkan siapa pun. 

Stan yang berjejer di lapangan utama Muspimnas PMII diisi oleh kader-kader yang memiliki usaha usaha kecil. Tujuannya tidak lain adalah agar karya kader PMII bisa menjadi motivasi untuk kader yang belum berwirausaha. 

Ketua Komisariat PMII Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo, Jawa Timur, periode 2016-2017 Mashuri, misalnya. Pria berambut panjang ini sengaja datang ke arena Muspimnas untuk menjual kaos-kaos hasil usahanya. Selain ingin mendapat keuntungan ia ingin melatih mental agar karyanya bisa digunakan masyarakat Indonesia.

Ia menceritakan awal mula menjadi usahawan PMII. Didasari oleh belum mampunya PMII di kampusnya memfasilitasi kegiatan kegiatan PMII, sementara kegiatan yang ada di PMII terus menerus membutuhkan anggaran yang besar.  

Atas kegelisahan itulah ia mencoba menggali hobinya di bidang usaha sablon kaos. Pria berpiawakan tinggi itu mengaku hanya Rp500 ribu modal pertama yang digunakan.

"Selama ini kadang-kadang PMII ngomongin-nya poltik aja. Sementara kegiatan PMII dalam pendanaan terhambat terus," kata Mashuri ditemui di stannya di arena utama Muspimnas PMII di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (27/2).

Hasil dari penjualannya, dia gunakan untuk kegiatan PMII dan kerja-kerja organisasi termasuk konsolidasi dengan ratusan kader di kampusnya. Ia mengatakan, keuntungan dari hasil penjualanya bisa mencapai dua hingga tiga juta rupiah dalam satu kali bazar. Jika tidak ada event, dirinya dan kader PMII lain menjualnya di media sosial. 

"Bagi saya berwirausaha di PMII harus mau dan mampu. Kita harus berdikari sejak dini apalagi sekarang era milenial arus informasi berkembang pesat," tuturnya.

Pria 23 tahun dan lulusan Design Komunikasi Visual ini bahagia karyanya bisa ditampilkan di acara Muspimnas PMII.  Menurutnya ada kepuasan tersendiri yang dirasakan. 

Suasana 'Pasar Kecil'PMII tersebut mampu menjadi obat ribuan kader PMII dikala sedang pusing memikirkan materi materi Muspimnas.  Setiap malam ribuan kader menyerbu stand jajanan dan aneka oleh-oleh karya kader PMII. 

"Saya sangat senang, harganya murah dan bagus juga, saya juga bisa membeli beragam oleh-oleh untuk kader saya di Banten," kata seorang Pembeli asal Banten, Siti Marfuah. (Abdul Rahman Ahdori/Kendi Setiawan)


Terkait