Jakarta, NU Online
Para pemuda dari lima organisasi lintas iman mendeklarasikan kesiapan mereka untuk memajukan Indonesia dengan tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Rebulik Indonesia, Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika.
Deklarasi diawali dengan upacara bendera bersama, Ahad (28/4).
Romo Antonius Haryanto dari perwakilan Steering Commite sekaligus sebagai pembina upacara dalam sambutan menegaskan kembali semangat komitmen kebangsaan harus terus dirawat oleh generasi muda.
"Ïndonesia adalah bangsa yang besar dan beragam kearifannya dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Itulah wujud harga diri bangsa Indonesia dan tidak boleh diganggu gugat oleh pihak mana pun," tegas Romo Hary.
Sekretaris Eksekutif KWI itu menambahkan orang muda tidak bisa berpangkutangan melihat situasi bangsa yang tergerus dengan fenomena ketidakharmonisan sosial, korupsi yang terus merajalela dan ketimpangan ekonomi. "Dengan segala kemampuan yang dimiliki, orang muda harus lebih kreatif dan berdaya saing," kata Romo Hary.
Berikut adalah bunyi deklarasi kebangsaan hasil Temu Kebangsaan 2019
Kami orang muda yang tergabung dalam Forum Temu Kebangsaan Orang Muda 2019, bertekad untuk menjaga persaudaraan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memegang teguh Ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Sebagai aksi bersama orang muda, kami berkomitmen untuk:
1. Menjaga dan memelihara lingkungan khususnya melalui gerakan meminimalisir penggunaan plastik demi kelestarian alam
2. Mengecam berbagai bentuk tindakan koruptif yang merongrong kehidupan kita sebagai bangsa
3. Berkolaborasi dengan pemangku kepentingan yang memberi perhatian pada persoalan pendidikan
4. Berani menyuarakan kebenaran dengan semangat kebhinnekaan
5. Menjaga orang muda untuk aktif, produktif, inovatif dan berdikari dalam ekonomi kreatif melalui pemberdayaan masyarakat.
Adapun lima organisasi yang terlibat deklarasi dan pertemuan tersebut adalah Jaringan Gusdurian, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah), dan Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI).
Temu Kebangsaan Orang Muda 2019 merupakan penyelenggaraan keempat. Pertemuan pertama berlangsung tahun 2016.
Tahun ini forum dihadiri 76 orang muda. Selama tiga hari sejak Jumat (27/4), mereka berdiskusi terkait persoalan kebangsan, sekaligus merumuskan jalan keluarnya. Forum terbagi ke dalam lima subtema yang mewadahi minat dan bidang keahlian dari para peserta, yaitu lingkungan, pendidikan, antikorupsi, media dan digital, serta kewirausahaan. Forum Temu Kebangsaan 2019 mengambil tema Orang Muda, Demokrasi dan Bhinneka.
Ketua Panitia, Lukman Hakim mengatakan kita wajib menjahit lagi tenun kebangsaan yang dirusak ujaran SARA, hoaks, dan kampanye hitam karena perbedaan jagoan masing-masing dalam pemilu 17 April 2019. "Urusan kebangsaan dan demokrasi bukan hanya soal pemilu," tegas Lukman Hakim, saat pembukaan, Jumat (27/4).
Khusus untuk tahun 2019 yang bertepatan dengan tahun diselenggarakannya pemilihan umum serentak untuk pertama kalinya di Indonesia, Tembang-4 menjadi sarana yang sangat relevan untuk menjadi ruang pertemuan aktor gerakan orang muda guna menanggapi tantangan yang merongrong persatuan dalam keberagaman Indonesia pasca pemilu.
Ditambah dengan fakta sesuai laporan Wahid Institute tahun 2017 bahwa telah terjadi pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) sebanyak 213 peristiwa dengan 265 tindakan, naik dari 203 peristiwa yang terjadi di tahun 2016.
Setara Institute juga mengeluarkan Indeks Kota Toleran pada 2018 yang menempatkan beberapa kota besar yang menjadi pusat-pusat ekonomi justru berada dalam 10 kota dengan skor toleransi terendah: Tanjungbalai, Banda Aceh, Jakarta, Cilegon, Padang, Depok, Bogor, Makassar, Medan, dan Sabang. Tak pelak, agen-agen pejuang keberagaman menjadi penting untuk dikembangkan dan Tembang-4 secara persis berupaya menjawab panggilan tersebut.
Tembang-4 dibuka dengan pemaparan pengantar dari aktivis muda Savic Ali, kemudian dilangsungkan FGD sehari penuh di hari kedua pelaksanaan. Diskusi terfokus dipandu oleh fasilitator yang berpengalaman di bidangnya, dan mendampingi peserta untuk merumuskan permasalahan strategis dalam kelompok isu masing-masing, mengkonsolidasikan potensi para peserta, dan pada akhirnya menyusun langkah kerja nyata usai pelaksanaan Tembang-4. (Kendi Setiawan)