Nasional

Gus Dur dalam Buku untuk Membantu Generasi Zaman Now

Sabtu, 29 September 2018 | 08:00 WIB

Gus Dur dalam Buku untuk Membantu Generasi Zaman Now

Gusdurian Jepara bedah buku 'merindu Gus Dur'

Jepara, NU Online
Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara bekerja sama dengan Gusdurian Jepara menggelar Bedah Buku Merindu Gus Dur berlangsung di Auditorium Pascasarjana Unisnu Jepara, Jalan Taman Siswa Tahunan (Pekeng) Jepara, Jumat (28/9) siang kemarin. 

Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka Hari Perdamaian Dunia dan Diseminasi Hasil Pengabdian Masyarakat Unisnu Jepara itu dihadiri oleh 4 narasumber yakni Inayah Wahid (Putri Gus Dur), Greg Vanderbilt (akademisi asal Amerika Serikat), Kalis Mardiasih (penulis), dan Rektor Unisnu, Sa’dullah Assaidi. 

Putri Gus Dur, Inayah Wahid dalam paparannya mengatakan buku yang dibedah tersebut ialah ide sederhana yang jadi luar biasa dan patut diapresiasi. Buku Merindu Gus Dur sebutnya menggunakan judul yang kekinian. 

Perempuan bernama lengkap Inayah Wulandari itu memaparkan ide-ide yang semacam menerbitkan buku memang diharapkan oleh keluarga Gus Dur. 

Dirinya mengaku di banyak pertemuan Jaringan Gusdurian banyak gap antara generasi old (dulu) dan generasi now (sekarang) yang tidak tau tentang Gus Dur. Usia seumuran dia juga banyak yang tak paham Gus Dur.  

“Taunya Gus Dur itu presiden, Gus Dur itu Presiden yang liburnya panjang.” Begitu contoh-contoh pernyataan soal Gus Dur yang diterimanya. Di Sumatera lanjutnya malah sama sekali banyak yang tidak tahu Gus Dur. 

Sehingga dari buku yang terbit itu merupakan upaya menghadirkan Gus Dur lewat buku-buku. “Ini adalah wujud memunculkan Gus Dur dalam bentuk buku-buku,” tandas Inayah. 

Gus Dur sebagaimana pandangan saudaranya Alissa Wahid. “Gus Dur adalah samudera semakin dalam yang kita baca juga akan banyak yang kita dapat,” jelasnya.

Dikatakan, membaca buku Gus Dur seolah-seolah membayangkan berbagai sudut pandang. Dari pandangan pribumisasi islam hingga konsep perempuan. Tetapi menurutnya masih jarang yang mengaitkan dengan kaum mustadafin misalnya Kendeng dan konflik agraria. 

“Karena yang dibela Gus Dur selama ini tidak ada hubungannya dengan beliau,” paparnya. 

Selain mengapresiasi, di akhir paparannnya ia memberikan PR agar buku itu bisa dibaca di seluruh Indonesia. Hal itu sejalan perbincangannya pekan lalu dengan Kedutaan Kanada, satu hal yang dibahasnya ialah soal critical thinking. 

Dengan buku lanjutnya, akan menumbuhkan critical thinking (berpikir kritis) di Indonesia sebab indek membaca warga Indonesia masih di urutan bawah. (Syaiful Mustaqim/Muiz


Terkait